Jumat, 20 September 2013

30- appril- 2011



                                                             

-          Keyakinan mngkin dari pengetahuan yang diyakini.
-          Memahami al Qur’an 30 jus. Dengan begitu akan terbentuk aqidahnya
Pak ustatz bercerita : mas anwar (sahabat beliau) berkata : “ kelak yang membuat kita selamat.
         



َلِك الْكِتَاب لَا رَيْب هُدًى ِلْمُتَّقِينَ




 Mim : (aqidah) sebagai ikatan
   Ta’   : kehidupan terasa lapang jikalau menjujung tinggi Allah dan Rosululloh.
   Qo    : hampir mirip mim, ditambah harus paham dengan Allah dan Rosulnya.
   Ya’    : Dunia terasa sempit jika untuk memikirkan dunia saja. Halal dan haram ( dua titik)
   Nun   : Titik sebagai  Allah dan wadahnya  adalah makhluq yang tunduk.

-Hidup seimbang. Logika dunia + logika ahirat ( Tuhan, aqidah ).


Orang tua
     
              “ Nanti ada suatu ketika dimana orang tua kita seperti anak kecil. Ada seorang tua  yang dia mengeluh, dan kecewa. Orang itu berkata “ kenapa ya? Aku ini selalu salah. Mau kerja dimarahi, mau minta uang dimarahi, mau belanja dimarahi.”
   Kembali ke ustatz. “ aku takut jika suatu hari aku seperti  itu, (marah-marah pada orang tua) dan jika aku disuruh memilih. Ibu meninggal sekarang atau nanti ….duenggg..

Sang ustatz pun berpesan  : “ Orang tua harus dipatuhi selagi masih pada garis Allah dan rosulnya. Dan jika sudah bertentangan dengan Allah dan Rosulnya, kita harus menolak, akan tetapi harus tetap menjaga haq yang dimiliki orang tua. Harus menghormati walau kita tidak akan mengikuti perintahnya. Dan bahkan apabila mereka ( orang tua) shirik kepada Alloh dan Rosul, anak tidak punya haq untuk membantah. Jika tidak setuju cukup diam.  Jika di suruh bicara, ya bicara, namun dengan baik.  Apapun yang dilakukan oleh orang tua kita, apapun itu, bahkan sangat berbahaya sekalipun, kita tetap tidak boleh membantah.

Maksudnya membantah adalah, tidak marah-marah atas orang tua kita. Tapi tidak melakukan hal yang di suruh , seperti misalnya, disuruh untuk mencuri, atau sebangsa yang buruk-buruk

 “ ini pesan untuk kalian yang nanti jikalau punya anak”.
Murid pun bersorak dengan ramai. “ ustatz kie, kok senengane we… ngomongke anak. (ustatz kok sukanya, ngomongin anak)
Pak ustatz berkata “ lo, kita ini tidak terasa lo, tiba-tiba kita sudah punya anak, tiba- tiba kita sudah mati. Dunia itu cepat sekali.
    Kemudian sang Ustatz berpesan : “ jika kita kaya, kita harus mengkondisikan anak kita mengetahui bahwa kita miskin. Agar mereka tidak sombong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...