Dimalam yang gelap gulita dan ditengah suasanya alami
pedesaan, dibawah naungan langit pekat malam terdapat sorotan tajam dari kelas
1 aliyah yang tengah menimba ilmu dari sang gurunya. Malam ini pelajarannya
adalah qowaidul I’rob (nahwu) . dan sekarang
ini sudah sampai bab menerangkan faidah-faidah huruf. Huruf kalla, beliau duduk
tak seperti ustat-ustat lain, melainkan beliau duduk sejajar dengan
murid-muridnya. Beliau buka membuka hape, dan membacakan surat al
alaq.”bismillah hirrohmanirrohim. Iqro’ bismirobbikallazhi kholaq “. Kemudian
beliau menyuruh ku untuk mengartikannya “ baca, dengan menyebut nama Allah yang
maha menciptakan”. Beliau melanjutkan ayat selanjutnya.” Kholaqol insanamin
alaq”. Kemudian belian menyuruh teman sebangkuku untuk mengartikannya “ yang mencipptakan
manusia dari segumpal darah” . seluruh murid yang ada dikelas itu, beliau
tugaskan untuk mengartikan ayat itu satu persatu.
Kebiasaan
beliau dalam mengajar tak berhenti hanya kepada mengajar saja, melainkan beliau
selingi cerita-cerita. Entah itu pengalaman, filem. Seperti halnya pada malam
ini, beliau menceritakan perihal dirinya dan adeknya. ”aku tahu, aku dan adikku
mempunyai kecerdasan yang berbeda, dia jauh lebih cerdas dariku. Dulu ketika
ada orang yang membanding-bandingkan aku dengan adikku, hatiku sakit sekali.
Namun dengan berjalannya waktu aku mulai mengerti, bahwa memang karunia atas
kecerdasannya berbeda dengan ku. Terkadang orang-orang yang cerdas kesempatan
yang diberikan Allah itu sedikit . “kekuarangan waktu”. Adikku itu sangat
sibuk, sehingga dia akan membaca quran pun hanya memiliki waktu sedikit. Ia
gunakan waktu makan nya dalam bekerja untuk belajar ,sehabis itu dia kerja
lagi. Mumpung kalian masih punya banyak waktu untuk belajar gunakanlah sebaik
mungkin. Cerdas tak penting, yang
penting adalah, bagaimana bisa memanfaatkan apa yang dberikan Allah pada kita”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar