Kamis, 19 September 2013

Biarlah aku berkata. DAn aku meni'matinya

Biarkan saja aku kencan dengan kata. Mengasingkan diri dari luapan emosi para remaja
biarkan saja aku berpacaran dengan kata. Karna lukisannya membuatku lebih terpana ketibang menyentuh dan berelasi dengan lawan jenis sahaja.
Biarkan. Aku habiskan masa muda dengan tarian kata, menuangkan  kata-kata yang kurasa daripada menghabiskan malam minggu degan kekasih di trotoar jalan. Walau saja kataku bukan novel, bukan cerpen atau cerpan, bukan puisi, melainkan hanya kata merdeka dari seorang fridom writer. Biar aku bertulis apa saja yang kumau tanpa terpantau sibos dan dibatasi oleh ejaan yang disempurnakan, juga kalimat yang baku.
biarkan saja,biarkan sajaa. Dan aku menikmatinya

Memandanginya. Menuai kata indah berselimut kerinduan, melihat lamanya tak berjumpa..
meski stiap pertemuan hanya tertuai mata. bagiku itu lebih indah untuk menghiasi kata-kata.

kataku hilng saat dia berada.

Dan membuatku tak bosan-bosannya.

Biarkan kata yang menjadi saksi . Meski kata ini hanya Tuhan dan aku yang kan mengerti.
tapi aku meni'mati.Jika ada yang meng artikan ini cinta, kukan katakan "ya, bisa jadi, bukan,mustahil. hahaha
layaknya permainan dalam suatu acara televisi" . Tapi harus jeli dalam mema'nai kata ini, bisa jadi bukan itu tapi
terlihat begitu.

Ada kata lagi saat bersama. " Dimana rasa biar dimunculkan. karna kita tahu bersama belum tentu merasa bersama, tapi alasan sukur, alasan peluang, meni'matkan yang tidak ni'mat menjadi alasan masing-masing diri
munculnya rasa "kebersamaan" biar bersama terasa bersama.

Biar kata ini berkata lagi. Tentang wanita yang mempertanyakan apa itu kebahagiaan?

"Aku menjaring kebahagiaan saat sunyi merekah. Dimana arloji-arloji jam terdengar detaknya, kicauan alam terdengar, riuhnya, kokok ayam berpadu suara. Sedang manusia sedang terlelap dalam mimpi fatamorgananya. Walau hanya sebagian saja.
Damai yang kurasa. Ketenangan yang menenangkan jiwa yang ramai ini. Dan ini bahagia... tapi mengapa? dan apa itu bahagia?.

Dan aku masih ingin berkata" apakah sama orang yang melihat dan  tidak melihat. Apaka sama orang yang tidak tahu dan yang tahu.  Menggugat hati karna aku terpana kata itu. Mereka melihat , mereka tahu karna larut malam yang panjang kan terhabiskan bersama aksara-aksara yang telah tahu, belum tahu dan akan tahu.

Detiknya biar jadi ilmu. Derajat nya menjadi tinggi, tapi mereka, pasti berusaha untuk melupakannya. Bahkan "akulah yang paling buruk" bisa jadi kata mereka.
"duhhhh  diri.....  "
saat melihat balita
"Aku tak lebih baik darinya. Dia berlaku dosa tapi Tuhan tak menghitungnya, sedangkan aku.
Setiap perbuatanku pasti dihitungnya.
"Duh diri  aku tak lebih baik darinya"
Saat melihat, tua renta.
"Engkau lebih baik dariku. Pengalaman, ibadahmu jauh melecit berada diatas ku, sedang aku masih sungguh sedikit."
"Duh diri, aku tak lebih baik darinya
Saat melihat, si kafir berjalan"
Engkau lebih baik dariku. bisa jadi nanti kau lebih baik bahkan lebih iman dariku. Sedang aku,  masih belum tahu
 seperti apa ahirku. kalau aku menjadi jauh lebih buruk dari itu.  "aku berlindung kepada-MU gusti-aku berlindung
kepada-Mu gusti"

"Bukan, aku adalah,kami adalah, kita adalah, tapi aku hanya" 

Dan aku ingin berada disana. Manakala kau haus aku ingin menbantu atau bahkan menuangkan air kedalam gelasmu.

Biarlah aku berkata, biarlah aku berkata. dan aku meni'matinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...