Di saat kesuntukan merajam. Menusuk-nusuk diri tanpa
prihatin. Mati peduli, inginnya mengumbar kemarahan. Mulut susah berdiam dari
komat-kamit kata tak indah tuk didengar. Degup hatipun menselaraskan, ia jadi
brutal, selaksa menendang dinding-dinding organ. Sekejam getaran kemarahan
menyebar ke penjuru tubuh. Pun dapat dirasai getarnya hanya dengan
merasakannya, tak perlu devinisi kata.
Seperti air yang tanpa sengaja jatuh di percikan api. Memadamkan
kobarannya serta merta.
Saat mata tak sengaja menatap perangai manusia yang terdiam
dalam pandangan, yang tak terdengar sebisik katapun meski ia berkata
Bola matanya pun tak jelas namun aku yakinkan dalam diriku
itu dia.
Bukan hanya dia, tapi kerumunan manusia yang memandangi si
sapi, yang mencincangnya. Mereka dan dia seperti air cahaya yang menerbitkan
mentari dalam lubuk sang hati.
Begitu lirih, dan begitu berguna hingga sang sukma pun
menjadi tersenyum karnanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar