Selasa, 21 April 2020

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar?
Apa kau menyesalinya?

Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya.
Indahnya pagi setelah kutempuh malam

Nyamannya sehat telah kurasai sakit
Indahnya mawar bersama durinya

Dan serunya bersahabat saat kita pernah saling memunggungi satu sama lain, lalu berpeluk mesra dalam tangan yang berjabat.

Kata orang. Perempuan kalau bertengkar bisa bertahun-tahun tak terlerai.

Di tempat itu

Dua kali aku bertengkar hebat dengan seseorang. Namun tak lebih dari tiga hari kita telah ahiri pertikaian itu.

"Dengan saling legowo diri, kata maaf kan saling terbagi"

Itu kisah pertama
Kufikir itu telah memecah stikma kata kata tersebut.

Kisah kedua

Tak perlu terucap kata maaf , dan kita saling diam dalam perenungan , dalam keheningan kita masing-masing.

Bercermin pada diri akan cela diri kita , noda atau ucap yang barangkali keliru.

Setelah itu kita menanyakan kabar dan keadaan masing-masing. Di situ  adalah ahir dari perseteruan. Dan apa yang terjadi di masa lalu biar menjadi rahasia diri.

Dari hal tersebut aku telah bersepakat dengan diriku.

Jangan bawa kata perempuan atau lelaki untuk pertengkaran tanpa usai. Semua bisa lekas atau lama tergantung bagaimana diri masing-masing mensikapinya.

Kisah itu takkan terlupa, biar menjelma menjadi makna untuk mendewasakan diri.

Senang bertengkar dengan mu
Mungkin pada suatu nantu kukan merindukanmu, kawan.

Jumat, 07 Juni 2019

kangen

kangen mengendap ngendap masuk di relung hati
mengukir wajahnya yang menari nari di angan.
hingga yang berlalu bak cerita hangat untuk dikenang diri sendiri dalam bayang.

Senin, 13 Mei 2019

selayang pandang

tetralogi pulau bulu telah kubaca.
karya dari tangan sastrawan rersohor dan mendunia, pramodya anantatour. Telah diterjemahkan di beberapa negara. dan mendapat apresiasi dari banyak penghargaan. tetralogi pulau bulu yang berisi bumi manusia, anak semua bangsa, jejak langkah dan rumah kaca.

kufikir anak muda jaman sekarang sangat di sarankan untuk membaca karangan ini. Yang selalu harum karyanya melewati zaman. karena ia begitu dekat dengan kita sebagai warga indonesia, karena ia membuat kita akan melek kepada bangsa, melewati sejarah masa lampau akan kaki perjuangan yg kini membikin kita tak lagi sesak nafas dengan kolonial dari belanda. dengan segala kecerdasannya eropa namun berjiwa perampas tanpa ampun.
sederet cerita perjuangan manusia yang tak takut dilindas sepi ,di buang dengan upaya upaya besarnya walau pada ahir hayatnya terlupan.

Minggu, 12 Mei 2019

santri hek eh

jenuh adalah hal biasa yg terjadi dalam hidup. seperti pula yang kualami sebagai seorang santri. dalam rutinitas yang bermakna sekalipun saya dihatui rasa jenuh. untuk mengisi kejenuhan ini, saya memutuskan bersama kawan saya menulis.
nulis apa?
apa aja yang kita lihat, rasakan, atau sekadar menceritakan keseharian kita disini sebagai seorang santri.
memutuskan menjadi santri
dan memilih garis hidup sebagai santri...

tak ada hp, atau laptob. kita dengan kertas dan pen menuliskan sejarah kecil kita....  asek sejarah
ya kusebut sejarah. karena dalam kehidupan ini, perjalanan kehidupan kita adalah sejarah kita sendiri. dimana kita bisa belajar dari perjalanan kita.
kita sering membaca sejarah orang lain, dan lupa membaca sejarah diri sendiri.

hahah.......   apa an sich...

dengan buku tulis, lalu kita bergantian mengisinya. kadang aku yg bawa, kadang pula dia. lumayan untuk mengisi waktu guna mengusir kejenuhan. selain itu, ngomong ngomong realita, masalah dan mimpi.

oh mimpi.....


Di mulai dari saya




Kamis, 25 Mei 2017

tepian


niatmu baik, sampai kutetes air mata batin yang tak kau lihat di matamu
suatu waktu kecerianmu dalam bercerita bak air yang terus saja mengalir. seolah hanya kemarau yang hanya mampu hentikanmu dari kicauan.
tapi pada waktu yang lain, waktu memisahkan kita. meski mataku sering melihatmu. tapi cerita-cerita itu bagai kering kudengar.
"Kesibukanku dan kamu membuat kita terhenti"
Tapi, pada ahir-ahir waktu sebelum kepulanganku ke rumah, kita dipertemukan kembali dalam lantai yang sama. Dan kau menangis sejadi-jadinya walau hanya beberapa tetes mata kau menangis, tapi kurasa, dentruksi jelas mengacak-ngacak jiwamu. wajahmu terlihat menggigil. berkicaulah lagi, dan lagi.
isak tangismu begitu dalam, kawan
sampai deru darahku menggingil karena tanpa sadar aku merasakan perihnya pula.
"Pulang ke rumah, adalah labuhan untuk bertepi di dunia ini. tapi bagaimana ketika seorang anak kecil pulang tak lagi melihat kehangatan dalam tepian itu seperti sebelum ia memilih untuk pergi?.
lantas mau kemana ia?"
Tapi kulihat sorot matanya
lagi dan lagi
kuat, lebih kuat dari hantaman badai.
malam tak selamanya gelap gulita karena justru pertanda fajar kan segera tiba.
begitu pula kesedihan, memiliki tepi.....

(L)


sebuah bongkah

jika sebuah bongkah tersimpan dalam alun dingin yang menggigil.
bertuay tanya
hayal
jejak
harapan dan hilang

aku akan mengetuk waktu.
bisakah waktu terulang?
tentu tidak.
"Waktu tak kenal tawa atau luka, ia hempas bagai angin saja"

bongkah itu singgah terlama dalam kebisuan di banding bongkahan lainnya
"Se gila ini?"
Tapi,

apakah ini ber arti?

semua hanya bisu. itu yang selalu kumengerti

jika kata membuat seseorang saling memahami
 kata pula bisa bersebrang dan bergitu berjarak dengan arti .

jika waktu benar kembali ?
 aku tetap kan membisu dalam bongkahan dan lebih rapat menutup bahkan mungkin dari kata-kataku sendiri dalam udara yang segar

sehingga tak perlu ada yg tertusuk jika itu ber arti

jika maaf adalah penghilang benci
maaf jika bongkahan ini pernah sampai di telinga pendengar yang bisa memahami
kupamit,nadaku tegas, meski bongkah  kadang masih menetes di deru darah yang kelam
menurut orang, itu permainan
namun menurutku adalah warna yang indah,pula mengalun dalam derap waktuku dari karya cipta agung. “terima kasih”
Tak pernah kupilih warna apa, hiduppun aku tak memilih hidup





Kamis, 11 Mei 2017

Cantrik ing ngumboro part 4



 Doa tanpa usaha itu gila

Hari yang melelahkah kiranya telah terbayar dengan kidung senyuman
Setelah lama, sejak kelompok ini terbentuk, tiap sore dan malam kita ulas kitab yang sama demi mempersiapkan satu hal.
“praktek wudhu dan sholat”

Hal itu memang telah menjadi rutinan kita tiap harinya, semenjak usia telah menginjak akil baligh. Tapi ternyata ada banyak hal yang belum kita ketahui dan perhatikan tentang

“kita latihan berdiri mensedekapkan tangan, membaca lafad yang terus terulang, ruku’ dan sujud,sesuci yang benar”
Ya, seperti itu. Hanya saja itu seperti barang penyadaran. Bahwasannya siapa???  Yang kita temui dalam ruku’ dan sujud itu.

Bertemu tambatan hati saja orang rela berhias diri memakai minyak wangi. Berdiri dihadapan cermin sambil bertanya padanya :

“Baju apa yang paling indah yang kan kukenakan, ini ataukah ini. Sudah cantikkan aku, atau bedakku kurang putih atau tidak”

Gusti Allah yang kita temui. Walau kuyakin DiKau tak butuh sujud sahaya,terlebih hiasan untuk bertemu Paduka.

Suka duka kita lewati bersama. Mulai yang jengkel-jenggkelan. Debat sana- kemari mencari hokum hanya karena soal duduk yang tepat, soal air, najis dsb.

Tangis, bahagia, tawa, walau terkadang tertidur bersama karena terlalu lelahnya dengan kegiatan yang ada
Sampai pada malam terakhir sebelum esok, ujian praktek kita. Kami dibantu kawan kami yang mendapat jatah glombang ujian setelah kami.
Kami sholat, membaca, bersujud.

Hingga hari yang kita nantikan tiba.

Paginya setelah usaha kita tempuh, kita hanya bermunajat sebagai penyerahan diri.
“Usaha tetaplah usaha, dan hasil berada di tangan-Nya”

“Berusaha tanpa do’a itu sombong. Do’a tanpa usaha itu gila”

Satu demi satu, secara bergantian kita di tes berwudhu dengan berbagai pertanyaan yang terkadang butuh mengernyitkan dahi dan sebilah tawa.
Beralih kelantai tiga untuk praktik sholat yang sebelumnya di kamar mandi bawah, untuk praktik wudhu.
Tempatnya begitu panas meski kipas telah berputar tegas di kepala ku, dan lampu tamaram menyinari ruang ini.
Oleh ketua telah diberi pesan sebelumnya, bahwa apapun yang terjadi, wudhu ataupun sholat, saat praktek, ketika di tanya di pertengahan  menjalaninya, jangan  dijawab. Abaykan.
“Nanti bisa batal sholatmu, dan wudhu akan kehilangan kesunahannya”

Terakhir penungguan.
“setelah perjalanan yang telah kita lalui , ternyata membawa hasil yang mampu tentramkan hati”
Ya kami semua lulus….
“sebuah pencapaian itu indah. Namun lebih indah ketika kita bisa bertahan , belajar dan menikmati setiap proses yang ada”

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...