Sabtu, 05 Oktober 2013

Maaf!!!!! Tolong sayangi dia




Tidak Mudah memang....  tapi ini yang aku irikan pada beliau. ke istiqomahan sampai mati. hingga para sesepuh memipikan nya berada di rumah megah bersama baginda. Dan saat mereka bangun , ternyata jiwanya telah kembali.

Biar tangis menyeruak, biar rasa tak percaya menghepas habis seisi ruangan rumah. Tapi aku malah berlari ke kemar mandi, mengambil air wudhu lalu ku tunaikan sholat subuh yang belum datang waktunya.
Segera degan cepat aku  selesaikan. Lalu menghampirinya tidur terlentang dikasurnya dengan sekujur tubuh yang telah suci, karna sebelum menghebuskan nafas terakhir, beliau meminta untuk disiram tubuhnya, dan melepas infusnya.

Lantas mengganti pakaiannnya dengan baju yang bersih.

Lari ku menghapirinya. Dan beliau hanya meninggalkan tubuh dingin serta wajah pucat namun berseri. Dan Semu kuning terlapir dimimik wajahnya.  Tapi aku ingin satu kata. Satu kata atau satu kalimat pendek untuk 
 ku dengar dari lisannya “aku  memaafkanmu” hanya itu. 

Tapi perandaian belaka. Malam, detik-detik sebelum eksekusi  tiba, aku memandang beliau, suaranya semakin menghilang. Aku tawarinya segenggam jeruk manis lantas beliau mengagukkan wajahnya. Ini saatnya aku menghilangkan rasa maluku, untuk mengambil sebutir jeruk di hadapan bapak-bapak di ruang tamu. Tekadku bulat demi beliau. Aku dengan bergegas mengambil jeruk yang asik tidur di piring, tengah kerumunan laki-laki dewasa. Dan kembali kekamar dengan membawa kemenangan atas keberhasilanku membawa satu jeruk.

Tapi  ternyata beliau telah diabilkan jeruk yang jauh lebih besar, dan mungkin lebih manis karna paras jeruk itu memang menggiurkan lidah.  Ahhh…. Kecewa….

Aku tidak peduli…. Ahirnya jeruk itu untuk aku sendiri.

Merasa begitu janggal dengan semua ini, beliau sakit, suara beliau semakin dalam dan hilang.  Maka Kali ini aku ingin bertekad untuk mengucapkan kata yang selama ini, setahun lebih ini, kupendam dalam-dalam.
Malam ini adalah saatnya aku harus mengatakan padanya.

Tapi sayang. Selalu saja gagal. Aku malu, aku malu, dan sungkan. Lalu aku menitipkan salam maaf ku kepada emak, biar beliau saja yang menyampaikan aspirasiku kepadanya.

Teng….  Detik mulai mendekati pelestarian. Tiba-tiba mataku ingin terpejam. Bukan hanya aku tapi yang lainpun juga begitu kecuali emakku dan bapakku. Dua insani yang telah lama menjalin komitmen hingga hari ini  telah syah sebagai mempelai yang telah muhrim.

Mata ku terbuka, dan tiga kata sebelum aku lari, oleh kakak tercinta yang berucap “beliau telah tiada”.
walau fikiran masih meng ayang-ayang pada tidur. Tapi rasa tak percaya akan informasi itu, sehingga membuat kakiku bergetar dengan kencang.


Matahari  telah hadir dengan menebarkan cahaya terang nya. Orang-orang berdatangan dengan linangan air mata membasahi pipi-pipi mereka. Bisa dikata beliau adalah seorang guru bagi mereka. Bukannya hanya mereka, tapi aku juga, kakakku, emakku.

Dan satu pertanyaan “ sudahkan kata maafku tersampaikan padanya”
Dan ternyata….   Belum. Ya beliau (emak) belum menyampaikan kata maafku. Sungguh perih.
Namun aku tak boleh menyalahkannya, karna bisa jadi beliau lupa, dan bodohnya aku, kenapa aku tak memintanya sendiri. Dan malah melimpahkannya pada orang lain.

Dasarrr……..

Melinang, air mata bertaburan. Bagaikan daun berguguran. Sungguh menyesal….
Andai aku mampu mengulang waktu beberapa menit saja, maka hanya satu pintaku “maafkan aku”. Tapi apa dayaku? 

Yang dapat kulakukan hanya merintih, dan berdo’a pada-Nya “ampuni hamba-Mu ini gusti, dan terimalah ia disisi-MU, kasihilah dia.”

 Satu hal dari banyak hal pembelajaran yang kudapat hari ini “jangan memintakan orang lain untuk menyampaikan maaf, dan jangan menunggu terlalu lama untuk meminta maaf. Dan tak usah berfikir panjang untuk meminta maaf.  Ketika berbuat salah sebisa mungkin langsung saja pintakan maaf atau sertidak-tidaknya beri ruang untuk bernafas sejenak kemudian baru minta maaf. Agar tidak menyesal pada ahirnya. Seperti manusia ini yang tengah menghayalkan masa-masa itu. Dan Al fathihah untuk mu dariku yang telah terlambat meminta kerelaanmu.”ya Allah, sayangilah dia”
2. Al Baqarah
155. Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

2. Al Baqarah
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].
[101]. Artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.


2. Al Baqarah

157. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...