Kamis, 11 Mei 2017

Cantrik ing ngumboro part 4



 Doa tanpa usaha itu gila

Hari yang melelahkah kiranya telah terbayar dengan kidung senyuman
Setelah lama, sejak kelompok ini terbentuk, tiap sore dan malam kita ulas kitab yang sama demi mempersiapkan satu hal.
“praktek wudhu dan sholat”

Hal itu memang telah menjadi rutinan kita tiap harinya, semenjak usia telah menginjak akil baligh. Tapi ternyata ada banyak hal yang belum kita ketahui dan perhatikan tentang

“kita latihan berdiri mensedekapkan tangan, membaca lafad yang terus terulang, ruku’ dan sujud,sesuci yang benar”
Ya, seperti itu. Hanya saja itu seperti barang penyadaran. Bahwasannya siapa???  Yang kita temui dalam ruku’ dan sujud itu.

Bertemu tambatan hati saja orang rela berhias diri memakai minyak wangi. Berdiri dihadapan cermin sambil bertanya padanya :

“Baju apa yang paling indah yang kan kukenakan, ini ataukah ini. Sudah cantikkan aku, atau bedakku kurang putih atau tidak”

Gusti Allah yang kita temui. Walau kuyakin DiKau tak butuh sujud sahaya,terlebih hiasan untuk bertemu Paduka.

Suka duka kita lewati bersama. Mulai yang jengkel-jenggkelan. Debat sana- kemari mencari hokum hanya karena soal duduk yang tepat, soal air, najis dsb.

Tangis, bahagia, tawa, walau terkadang tertidur bersama karena terlalu lelahnya dengan kegiatan yang ada
Sampai pada malam terakhir sebelum esok, ujian praktek kita. Kami dibantu kawan kami yang mendapat jatah glombang ujian setelah kami.
Kami sholat, membaca, bersujud.

Hingga hari yang kita nantikan tiba.

Paginya setelah usaha kita tempuh, kita hanya bermunajat sebagai penyerahan diri.
“Usaha tetaplah usaha, dan hasil berada di tangan-Nya”

“Berusaha tanpa do’a itu sombong. Do’a tanpa usaha itu gila”

Satu demi satu, secara bergantian kita di tes berwudhu dengan berbagai pertanyaan yang terkadang butuh mengernyitkan dahi dan sebilah tawa.
Beralih kelantai tiga untuk praktik sholat yang sebelumnya di kamar mandi bawah, untuk praktik wudhu.
Tempatnya begitu panas meski kipas telah berputar tegas di kepala ku, dan lampu tamaram menyinari ruang ini.
Oleh ketua telah diberi pesan sebelumnya, bahwa apapun yang terjadi, wudhu ataupun sholat, saat praktek, ketika di tanya di pertengahan  menjalaninya, jangan  dijawab. Abaykan.
“Nanti bisa batal sholatmu, dan wudhu akan kehilangan kesunahannya”

Terakhir penungguan.
“setelah perjalanan yang telah kita lalui , ternyata membawa hasil yang mampu tentramkan hati”
Ya kami semua lulus….
“sebuah pencapaian itu indah. Namun lebih indah ketika kita bisa bertahan , belajar dan menikmati setiap proses yang ada”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...