Senin, 01 Mei 2017

Cantrik ing Ngumboro (santri di pengembaraan) Part 1


Pelajaran bahasa arab. Menurut beberapa orang menjadi hal yang horror. Terutama saat tamprin (latihan ujian ) atau saat ujian. Menjadi hal yang di wanti-wanti saat itu. Namun bagi penyandang itu sendiri terlihat keren (menurutku) “Guru bahasa arab”.
“Ya begini kalau tak didasari dengan cinta” Ucap Umi (guru yang berbagi ilmunya) melihat sikap beberapa cantrik seperti itu.
“Semua akan mudah bila didasari dengan cinta. La kalian nggak cinta, jadi terasa sulit “
Dalam musyawaroh. Cantrik-cantrik biasa debat hal-hal yang keren meski kadang terdengar hal yang aneh tapi masih seputar pembahasan.
“But, itu seru sekali. Dari situ mereka belajar berproses berbicara, kritis. Biar mereka tak terbiasa taslim (manut, melu-melu).”
Dan Umi-Umi mengontrol acara setiap siang ini, guna acara itu selalu berjalan di tiap harinya. Karena tak dapat dipunggkiri, dalam rutinitas bermakna sekalipun, orang bisa tertidur pulas dan merasai kejenuhan yang hebat. Terlihat dari celetukan mereka.
“Pengen pulang, tapi masih lama”.
Selain itu beliau-beliu mensohehkan pembasahan yang sedang didalami pada puncak waktu sebelum agenda itu selesai. Dan ada pencatatan dari kesimpulan muswaroh itu guna untuk pembukuan atau masih di cari kebenaran jawaban tersebut.
Pagi di local (Ruang belajar), umi bahasa arab Bertutur
“ sebenarnya kemarin saya ingin mengontrol kalian di musyawaroh tapi saya nggak bisa”
Lo, enten nopo’o Mik (lo memang ada apa, mik?)
“Jaga wedang (minum )di dhalem (rumah pengasuh). Soalnya banyak banget tamu, beliau”
Aku melihat pemandangan indah disini. Kederhanaan dan pengapdian beliau pada guru-gurunya. Kita (para cantrik) selain membiasakan diri untuk belajar bertatakrama dan ta’zhim terhadap orang-orang yang telah bersedia merelakan waktunya untuk berbagi, beliau-beliau pun juga mengawali itu semua dalam sikap-sikapnya.
Beliau adalah guru bahasa arab namun takzhim beliau terhadap gurunya juga besar. Terlebih saat ahir tahun. Ketika kawan memberi tahu siapa calon gerangan mustakhik kami satahun esok.
Kae lo, seng ngangkati kursi (Itu lo yang sedang mengangkat kursi)”
Biqodri ta’zhimi al ustazhika najaakhuka Kadar kesuksesanmu dari seberapa memulyakan gurumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...