Sabtu, 28 September 2013

Jejak "yang kau tinggalkan"





"Matamu kau jinakkan. Walau penghasut siap menggrogoti tetap kau harus berlari entah kan bertepi dimana hingga bertepi pada waktunya.."


Bila aku datangi jejaknya.
Yang bersimpuh pada pohon-pohon pena, melampiaskan kata-kata.
Ia tinggalkan seberkas situasi, yang bercerita perihal kehidupan seorang manusia.
Aku pegangi erat  dengan mataku, mencari aku yang tak tertemukan pada bibir-bibir putihnya.

Setelah beberapa hari berlalu.
Aku tunggu tapak kakimu, pada malam, siang, sore, danpagi di tengah desa.

Namun Hanya kutemukan, ketiadaan.
Hingga dalam fikirku tertanyakan.

Apa kau begitu kikirnya, hingga satu atau dua  kata saja, engkau sungkan untuk meninggalkannya dijalan.

Atau sebaiknya aku mencari kata orang lain, yang mau meninggalkan kata untukku pada waktu aku menungu katamu.

Walaupun di hutan belantara sekalipun kau tinggalkannya. itujauh lebih baik.

Aku terpesona. Oleh katamu. Bukan kamu.
Karna Melihatmu saja sepertinya belum pernah. Tapi katamu,yang lalu, sering kau tinggal bagai sampah. Dan aku yang memungutinya. Hingga aku tenggelam dalam samudra nuansanya.

Dan Aku mendekati pertapakan mu kembali, dengan membawa payungpeneduh dari teriknya matahari.
Teriakan panasnya, terlalu menyengat. Aku tidak kuat.

Aku tunggu lama. Lama sekali, tanpa sebuah kepastian kedatangannya.Hingga malam hadir seraya menertawai atas kebodohanku yang tengah menunggui bibir lembut, yang tersirat dari penanya, tak kunjung ia tinggalkan.

Lantas Aku pulang. Dan aku jengah. Dan keesokannya aku hadir kembali menunggui dengan payung yang sama  yang kukenakan kemarin,dan tetap saja tidak ada bercikan katanya, satu huruf saja.

Baiklah jika itu maumu.
Aku akan mencari kata pesona lain. Agar ia mau menjadi sedikit bagian kata yang mengisi butiran huruf dalam kanvasku.

Karna aku ingin ada pengertian  yang begitu ingin dimengerti. Dari siapapun itu.

Dan aku jinakkan mataku dari pesona matanya biar penghasut selalu gagal dan gagal menggrogoti, karna aku sekarang hanya inginkan rupawan goresannya. Alih-alih layaknya aku ingin menghindari bertatap mata pada pemiliknya, agar tidak terlalu dalam.
Aku lari, untuk membohongi diriku sendiri dalam harapan cemasku.
Dan Adakalanya aku ingin walau tak ingin. Dengan Mencoba hal baru dan tabu untukku tapi aku berpura-pura tidak tahu.

Membohongi demi kejujuran yang hakiki, jika aku mampu. Hanya untuk menghindari penghasut yang menggrogoti.
Jika tetap tidak mampu, maka aku jadikan tulisan yang kau tinggalkan kembali, dijalan, sebagai kamus kata pada goresku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...