Minggu, 30 Maret 2014

CInta



Hingar-bingar bejelaga, rengekan polos pada remaja.
Pandangi cinta hanya sebelah mata hingga merelakan di tikam buasnya buaya.
 Tak sadarkah umur masih belia.
Bisa ditinggal lari bila mengandung di padarannya .
Tidak tanggung jawab, masih merengek orang tua, berani-beraninya mengelus-ngelus….. 
Bagaimana ini?
Apa hanya alasan saling mencinta hingga mengkorbankan tubuh sucinya. 
Amboy, para gadis, para pemuda….
 Cinta tetap cinta, lalukukan untuk menyalakan hidup bukan menggelapkan….   
Sabar,  Nanti ada waktunya….
Dan aku masih belia, apa yang harus kulakukan dengan cinta? “tanya kan diri”

Selasa, 18 Maret 2014

Semut tak takut matikah?




Gelas bening berukuran sedang, terisi teh berwarna coklat. Sudah lama teh dan gelasnya berdiam diri di meja, membuat para semut menghampiri keberadaannya.

Ada yang hanya melewati sisi gelas, ada yang menengok saja lalu pergi.
Yang tak habis ku fikir mengapa ada yang mencelupkan dirinya ke dalam teh hingga mati mengapung lalu tenggelam sampai akan menyentuh dasar yang di ramaikan dengan pasir gula-gula putih, dan semut-semut itu melayang dalam kematian.

Bagaimana perasaan para semut yang melewati dan melihat kawannya bergelantungan mati?
Apa ia juga akan melakukan hal yang sama “menceburkan diri” ?

Mungkin hal seperti itu sudah biasa bagi mereka. Karena mungkin mata-mata mereka sudah  sangat terbiasa melihat tragedi semacam itu.
Tidak seperti ku. Satu kematian saja mebuatku sesak, bahkan kematian itu sendiri membayangi diriku.
“Maka untuk apa  berani hidup bila tak berani mati”

Si semut yang lewat seolah memberi kabar
  Keterbiasaan melihat kematian menjadi hal yang biasa. Dan kesantaiannya berjalan melihat kawanannya melayang dalam kematian adalah pertanda ketidak takutan dalam menghadapi kematian

tuangan diri



Aku menumpahkan diriku dalam kata. Dan aku sembunyikan tumpahannya itu di sela-sela huruf dan bahasanya, hingga membentuk bahasa yang terkadang sulit di fahami.
 Karena memang bukan untuk difahami
Karena hanya ingin di tumpahkan seperti nafas yang berhembus. Bila nafas tak di hembuskan maka diri akan sesak. Bila kata ini tak tertuang ia akan menyumbat di sekujur tubuh, mengacau diri dengan sabitan pedangnya.

Bila mengatakan pada manusia, aku merasa kesulitan membahasakannya juga sangat malu dalam berkatanya. Maka ketertuangan hanya berani tertuang melalui tulisan. Maka manusia tak harus mengerti…
Karena ku, hanya ingin bernafas lewat tulisan ini.

“Tapi tidak semuanya ……”

Minggu, 16 Maret 2014

Hay sendu.



 Ada dua wajah yang di hadapkan, ceria dan sendu. Entah mengapa aku asik dengan si sendu. Walau tatapannya boring, bicara sunyi, tapi mata dan lekukan pada wajahnya seolah mencerminkan cerita akan dirinya.
sebuah kesedihan. Kehampaan. keresahan kekhawatiran sedang menusuk-nusuk pada hidupnya. Pada suatu kala aku pergoki ia menangis saat ia berjalan di dekat rumah ku juga saat ia di kamar mandi yang suara tangisnya terdengar.

maka aku tanyai saat benar-benar jelas ia dihadapanku "ADa apa?"
hanya menggeleng kepala sebagai bahasa "aku tidak apa-apa"

Ada apa dan ada apa?

Mengapa ia tiba-tiba berubah. dulu ia periang, tawanya membiarkan waktu berjalan dengan keceriaan dalam dirinya. meski kadangkala ia hanya hadapkan wajah datar tapi wajah itu masih bisa di lukis pelangi dan aorora.

Tapi sekarang.....   kau si sendu. yang menenggelamkan kedataran yang bisa memberi kesempatan di lukis, telah memberi corak lain di wajahmu. Corak kesedihan, ketersembunyian. KErapuhan serigkali melemahkanmu, kekhawatiran mencokel tawamu…..

Ada apa?

“Ayo cari jalan. Untuk keluar dari isapan ketidak jelasan itu. Wahai sang sendu, matahari tak pernah sedih meski tenggelam, dan tahu bagaimana terbit kembali….  Maka apa kau akan terus tenggelam di saat kau seharusnya bisa terbit?”

Terbitlah dirimu untuk dirimu, dan biarkan menjelma menjadi suatu kesadaran bahwa tenggelam bukan suatu ketakutan, melainkan, ia pun juga  mempesona.

Jumat, 14 Maret 2014

14 december-2012



( cerita, dimana ustat sedang merasa jengkel terhadap muridnya kelas 1 aliyah, akibat dari kenakalan mereka yaitu malas belajar. Beliau memberi nasehat, yang diawali dengan keluh berbentuk nasehat, lalu dengan  seiring berjalannya nasehat-nasehat dengan berbentuk cerita yang di untaikan kepada muridnya perlahan padam rasa jengkel itu. Terlihat dari untaian nada bicaraserta cerita yang di ajukan.)

Sebuah untaian kata seorang guru yang tengah kesal atas kelakuan  muridnya.

“Orang islam itu mudah ditipu. Dikarnakan tidak mau membaca sendiri,

“Santri, dibacakan ustatnya lalu apa yang dibacakannya itu dilupakan”
Orang salaf, dibanggakan “ apa kerennya kami???”

“Orang islam bangga dengan al-qur’an tapi tidak paham dengan isinya”

“yang dihadapi Rosululloh adalah orang yang sombong. Kini aku dihadapkan dengan orang-orang malas”

“Kita tidak bisa menggantungkan atau mengharapkan orang lain untuk mengajari anda. Karna anda tidak tahu, kalau anda beresiko disesasatkan. Kita harus berfikir. Jangan mengharapkan orang lain.”

“Madrasah menuntut kita memahami semua pelajaran, padahal para sahabat hanya tajam satu bidang. Madrasah menuntut untuk memahami semua bidang, malah semua tidak paham.”

Awalnya “ tidak  ada agama bagi orang yang tidak cerdas. Tapi ternyata : “Tidak ada iman bagi orang yang tidak menjaga amanat (kepercayaan) baginya. Dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji baginya.

“kecerdasan seseorang bukan menentukan keimanannya”
“memberi amanat kepada seseorang yang tidak bisa diberi amanat itu salah”
“janji adalah hutang”
“hati-hati dengan berjanji. Dan ukurlah ketika akan berjanji, apakah kamu mampu.”
“islam itu adalah janji
    Orang melanggar janji ia kehilangan agamanya
    Melanggar janji karna merasa tidak berjanji

30- appril- 2011



                                                            

-          Keyakinan mngkin dari pengetahuan yang diyakini.
-          Memahami al Qur’an 30 jus. Dengan begitu akan terbentuk aqidahnya
Pak ustatz bercerita : mas anwar (sahabat beliau) berkata : “ kelak yang membuat kita selamat.

ذَلِك الْكِتَاب لَا رَيْب هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

          Mim : (aqidah) sebagai ikatan
          Ta’   : kehidupan terasa lapang jikalau menjujung tinggi Allah dan Rosululloh.
         Qo    : hampir mirip mim, ditambah harus paham dengan Allah dan Rosulnya.
        Ya’    : Dunia terasa sempit jika untuk memikirkan dunia saja. Halam dan haram ( dua titik)
      Nun   : Titik sebagai  Allah dan wadahnya  adalah makhluq yang tunduk.

-Hidup seimbang. Logika dunia + logika ahirat ( Tuhan, aqidah ).


Orang tua
     
              “ Nanti ada suatu ketika dimana orang tua kita seperti anak kecil. Ada seorang tua  yang dia mengeluh, dan kecewa. Orang itu berkata “ kenapa ya? Aku ini selalu salah. Mau kerja dimarahi, mau minta uang dimarahi, mau belanja dimarahi.”
   Kembali ke ustatz. “ aku takut jika suatu hari aku seperti  itu, (marah-marah pada orang tua) dan jika aku disuruh memilih. Ibu meninggal sekarang atau nanti ….duenggg..

Sang ustatz pun berpesan  : “ Orang tua harus dipatuhi selagi masih pada garis Allah dan rosulnya. Dan jika sudah bertentangan dengan Allah dan Rosulnya, kita harus menolak, akan tetapi harus tetap menjaga haq yang dimiliki orang tua. Harus menghormati walau kita tidak akan mengikuti perintahnya. Dan bahkan apabila mereka ( orang tua) shirik kepada Alloh dan Rosul, anak tidak punya haq untuk membantah. Jika tidak setuju cukup diam.  Jika di suruh bicara, ya bicara, namun dengan baik.  Apapun yang dilakukan oleh orang tua kita, apapun itu, bahkan sangat berbahaya sekalipun, kita tetap tidak boleh membantah.

Maksudnya membantah adalah, tidak marah-marah atas orang tua kita. Tapi tidak melakukan hal yang di suruh , seperti misalnya, disuruh untuk mencuri, atau sebangsa yang buruk-buruk

 “ ini pesan untuk kalian yang nanti jikalau punya anak”.
Murid pun bersorak dengan ramai. “ ustatz kie, kok senengane we… ngomongke anak. (ustatz kok sukanya, ngomongin anak)
Pak ustatz berkata “ lo, kita ini tidak terasa lo, tiba-tiba kita sudah punya anak, tiba- tiba kita sudah mati. Dunia itu cepat sekali.
    Kemudian sang Ustatz berpesan : “ jika kita kaya, kita harus mengkondisikan anak kita mengetahui bahwa kita miskin. Agar mereka tidak sombong.



senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...