Lari pada kebisuaan. karena karena terjahitnya mulut bukan
benar-benar terdiam. Karena tak ada yang benar-benar mau membisu.
Terkatakan, pada ilusi. Hingga mewujud sesosok wajah sebaya,
entah ia cantik atau tidak. yang kutahu
ia hanya berkrudung dan dekat walau asal usulnya masih tak pasti. Sering kali
aku bertemu dia dalam kebisuan, terkatakan banyak hal untuk ia yang selamanya
kan membungkam mulut pada manusia kecuali atas kerelaanku. Maka krongkong sang
pemilik ilusi membiarkan suara menyentuh peradaban realita. DAn pada seringnya
hanya pada si gadis itu saja.
Tiba -tiba dia datang pada tegah kebisuan. mengendap-ngendap
dekat semak blukar, takut bila kedatangannya di buntuti musuh, maka ia
bersembunyi. Tapi kepekaan akan kehadirannya tak membuatku lengah. Aku
menyuruhnya keluar dari tempat persembunyiaannya.
Aku mendekapnya kuat-kuat setelah dia menampakkan dirinya
secara utuh,karena ternyata dia, yang
semula, ku kira adalah musuh.
kahadirannya tuk mengkabarkan banyak hal tentang organisasi
yang bersembunyi di balik jubah agama, dengan sekolah kami yang tengah
mempelajari banyak hal, juga persiapan untuk menciptakan kekuatan dalam membuka
kedok busuk pada organisasi itu.
namu timbul ambigu dalam diri kita. Benarkah kita yang
berjalan pada yang seharus di bela. Atau malah kita membuat perlawanan kepada
hal yang seharusnya dibela.
aku bingung sekali........
mataku terbuka dengan meninggalkan gadis itu pada tanda
tanya yang jawabnya masih belum tercipta. Sepertinya situasinya harus lebih di
nyatakan lebih nyata, karena mungkin aku akan sering berkunjung pada sang ilusi
untuk menemui gadis itu.
"Ana.... terima
kasih buku ilusinya. sekarang sudah di tangan ilusiku"
Tadi sebelum dia
banar-benar hilang, ia memberi sebuah bingkisan tebal, yang di dalamnya
ternyata ada buku yang super duper tebal..... PEnceritaan yang sudah lama ku nanti walau
tak mengerti pada apa buku yang aku cari. dan ini buku refrensi jawaban, walau
bukan keseluruhan jawaban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar