Hay...... pahami
aku!!!! teriakku pada mereka. yang
kudapat hanya diam mereka, bahka tak sedikitpun mereka mau memperhatikan.
"HAy"..............
Aku berteriak dalam suara yang tak ada. hanya menggema aku
dan untuk ku.
Ingin mencoba lewat bahasa lain yang bisa mereka dengar
dengan melalui media kata. Tapi tenggorokan ku tak mau memberi jalan untuk
lewat. DAn membiarkan kata itu terejawantahkan sendiri lewat anugrah Tuhan.
Legak-lenggok yang membentuk huruf-huruf, memberi sebuah
ruang untuk aku berteriak-teriak disana.
Aku sudah jengah dengan teriakan yang tak mau mendengarku
dalam diam, biar si huruf ini jadi kencanku, dalam menuangkan dunia,
pelampiasan atas kegelisahan
Menjadiku, Si gadis yang menganggap saptic tank tidak
sekedar hanya, karena ia menelanjangi dan melucuti matanya dari pandangan
sewajarnya, menjadi dunia yang ia sendiri bisa mebuat alur ceritanya, dan
menentukan siapa saja tokohnya, beserta karakternya.
Saptic tang yang ada adalah kehidupan, serta saksi atas
nyawa-nyawa tokoh yang tak ada dihidupkan dalam benak gadis.
Saptic tank miliknya bagai teletabis yang perutnya membuncit
menghadap langit, sedang puggungnya tidur terlentang dengan tanah sebagai
kasurnya.
Saptic tank berubah menjadi istana megah, melebihi istana
raja romawi, di kedalamannya banyak sekali buku-buku yang terpajang rapi di
perpustakaan besar di dalam istana. hanya itu setidaknya yang aku butuhkan
sekarang dalam istana itu.
Dan bukan “hanya", saptic tank, dan istana adalah duniaanya
sendiri. Idea yang hidup segar berwarna, tak hanya berisikan canda tawa, tapi
rasa, juga pemahaman. suasana pun terasa nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar