Kenapa hanya diakah? Yang berani kutulis akan namanya dalam
penaku. Mencari cerita sebagai bahasa pengganti agar tak diketahui orang kisah
nyatanya. Walau setiap penggalan gambarnya adalah menceritakan tentang nya. Bahkan
mungkin ia yang tertulispun tak menyadari bahwa itu tentang dirinya.
Tapi aku hanya terdiam terdiam dari berbicara mengenai hal
seperti itu.
Cukup aku manusia yang tahu. Dan aku bermain pada detik rasa
itu tanpa manusia tahu, bahkan adanya pun tak mereka gubriskan.
Tapi aku tahu rasanya, tapi aku tahu detiknya, walau tak
benar-benar tahu detik ke berapa. Aku bermain di sana, di sebuah detik misteri,
detik duga, detik debaran.
Walau pada kenek bis berani menyeruak atau para pedagang
berani menyuarakan dagangannya, maka aku berani berdiam untuknya….. da hanya berani menuliskannya.
Semoga umpatan yang ku terka dalamnya adalah usaha menghormati
si abnormal yang susah di jelaskan secara bahasa.
Bila ternyata detik untuk hal ini menghilang, maka tak perlu
ada yang tersakiti atas leyap detiknya. Bila
menghilang. Bila tidak, ya….. akan tetap bermain disana dan belajar menjaganya
agar tak melenakan banyak hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar