Rabu, 12 Maret 2014

Sakit



Wahai diri yang sedang di raba mala kekuragan diri. Tak jemu hanya meletakkan tubuh pada sandaran dipan, dan meletakkan kepala pada tubuh si bantal.  Sang indrawi hanya bisa meraba pada langit-langit atap, tapi sang khayali bisa pergi terbang jauh meninggalkan tubuh yang melemah tak berdaya.

Pandangi dunia yang tak dapat di lihat hanya dengan mata biasa, menari-nari di dalamnya, terbang pada gerbang-gerbang yang tak pernah kujumpai dengan senyum bahagia. Atau malah dunia itu semakin merusak dan menambah kesedihan  hingga diri bertambah sakit, karena nya di dunia itu adalah bayang ketakutan dan kekhawatiran sendiri.

Maka pilihlah tenang. Untuk tenang, dan meletakkan semuanya, dan nanti diambil kembali pada saat yang tepat. Sakit yang ada biar bergelimpangan dalam tubuh, tapi jaga hati untuk tak terbawa. Karena hati letakknya yang dapat menkondisikan semua kerangka-kerangka untuk tetap bertahan tenang.

Sepuncuk “penerimaan, kerelaan” yang diutarakan hati, akan membawa pada diri untuk tenang.

“Aku menerima”…..    aku  kabarkan bahwa aku menerimanya.  Aku tenang….
Perlawanan hanya kan membuat ku semakin tidak tenang.  Sudah…..   aku terima, rasa melekit…..  rasakan saja….    Aku terima.  Aku merasakannya dan aku tenang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...