Pernahkah kau mencoba mengubur sesuatu. Tapi malah tumbuh
bermekaran?
Dan kau coba penjara mekarnya itu agar tiada seorangpun yang
mengetahuinya. Tapi engkau malah tersiksa di dalam memenjarakannya.
Tapi seandainya kau memiih memberitahukannya pada orang lain
tentang kemekarannya, kau malah malu dan takut kalau bunga itu layu karena di
pegangi tangan-tangan jahil.
Hingga kau lebih memilih sembunyi di tempurung kempopong dan
hanya melukiskannya pada canvas putih, yang selalu kau simpan rapat, di
sela-sela putihnya. Hingga hitam kelam melumuri kesucian putihnya
Kau coba memahamiku tapi aku tak pernah tahu. Kau coba tatap
aku tapi aku tak menyadari.
Maka kau sembunyikan kemekaran itu dalam pendaman, biar
semerbak wanginya yang memberitahukannya sendiri padaku.
Agar aku tahu bahwa aku memercayai aku tak benar-benar
tahu. Karena yang kutahu kau hanya diam
diantara suara yang bergetar. Kau diam diantara rerumputan menghijau. Kau diam
ketika orang-orang berbicara, tapi kau berada disana dengan mengatakan “baru
saja aku datang” .
Aku hanya tertawa, tapi kau acuh, dengan mengernyit tertawa
pelit, lalu kau kembali diam.
Kau……. “matamu tak
dapat aku terka. Karna engkau berubah di setiap pertemuan yang ada”…..
Tapi kau mengubur yang tumbuh mekar, dan aku tidak
mengetahuinya.
Kau ,aku kita punya
detik sendiri, cerita sendiri. Dan kau
tak mau membaginya denganku, dan aku tak mau membaginya denganmu. Kau
membaginya dengan kanvasmu. Aku tak tahu
membaginya dengan siapa, karena aku tak memberitahukannya padamu.
Aku , kau adalah sudut pandang yang terbalik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar