Rabu, 05 Februari 2014

KOtoran



Berjalan dengan penuh rasa berdosa. Karena aku menginjak kehidupan yang lain. Menginjak hidupnya sesuatu yang berbaik hati.

Kotoran bentukknya menjijikkan. Bau tak sedap. Keluar lewat lubang yang biasanya di lewati si kentut.

Biasanya ia nangkring di bawah, dijalanan, atau duduk berkalang tanah.

Coba hilangkan fikiran tentang menjijikkannya itu. Hilangkan tentang sengatan baunya.


Dan coba perhatikan dan sadari.

“meski ia hanya kotoran, ia itu ada”

Adanya ia seperti adanya kita. Bedanya kita manusia dan ia kotoran.

Dia sama seperti kita, ada di kehidupan, menempati ruang dan waktu.  Manusia dan dirinya sama-sama ada di kehidupan.

Disisi lain. Ada suatu keistimewaan yang luar biasa ada padanya. Meski beribu-ribu kali ia terinjak hingga ia kehilangan separuh bahkan sekujur tubuhnya, sedikitpun ia tak membalas.

“Pernahkan kau, sekali saja, melihat kotoran membalas manusia yang menginjaknya?

“Duhai kotoran…..  wajahmu, mengeryitkan dahi para manusia. Tapi jiwamu, sungguh berbaik hati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...