Sabtu, 22 Februari 2014

Wajah tengiknya pertanda




Pernahkah kau melihat ada manusia menceberutkan muka nya, bahkan tanya untuknya kan terbalas kata tengik, mensayat hati, atau saat kau tenang  tiba-tiba ia mengoceh dengan kebecian, lalu wajah masamnya  di umbar kemana-mana?.  Pernahkah  juga, ketika sedang tertawa tiba-tiba ada orang, meminta tolong dengan tampang kusut lagi menjengkelkan, bahkan membuat hati ini serasa di cabik-cabik?.

Rasanya sungguh menjegkelkan. Ingin sekali menonjoki wajah nya……
Astaughfirulloh……  “ngak-ngak, hanya bercanda”

Benci, jengkel itu pasti ada. Tapi coba kesampigkan hal itu. Lihat dari sudut pandang lain. Lihat dari sudut pandang penderitaan.

Pada belakang layar, ada beban berat yang mehantui dirinya. Jeritan sinis bergencar-gecar di jiwa, hingga megkabarkan pada sekujur tubuhnya bahwa diriya sakit , sehingga tanpa kontrol dirinya, ia lampiaskan sakit itu pada manusia yang tak bersalah.

Coba,  rasakan sakit nya……    sakit atas beban yang ia sembunyikan jauh di kedalaman jiwanya, dari manusia. Dan biarkan rasa benci dan jengkel itu luntur karena turut merasakan sakit yang dideritanya…

Ada duka disana dan ada derita disana tersampaikan pada wajah dan tutur katanya.  

Rasakan  seolah itu adalah deritamu, toh aku dan dia adalah saudara. Bukan sedarah memang, tapi dalam kehidupan

“Gelagat tengiknya adalah derita penderiataannya yang ia umpat dalam pendaman. Sungguh mulia, bukan bagaimana manusia agar mengiba kasian padanya atas derita tapi agar mereka tak terbebani atas deritanya yang sesungguhnya”

Yahhhh  lampiaskan saja omong tengikmu padaku, agar aku juga merasakan deritamu. Derita saudara tidak sedarahku….. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...