Pernahkah kau melihat ada manusia menceberutkan muka nya,
bahkan tanya untuknya kan terbalas kata tengik, mensayat hati, atau saat kau
tenang tiba-tiba ia mengoceh dengan
kebecian, lalu wajah masamnya di umbar
kemana-mana?. Pernahkah juga, ketika sedang tertawa tiba-tiba ada
orang, meminta tolong dengan tampang kusut lagi menjengkelkan, bahkan membuat
hati ini serasa di cabik-cabik?.
Rasanya sungguh menjegkelkan. Ingin sekali menonjoki wajah
nya……
Astaughfirulloh…… “ngak-ngak,
hanya bercanda”
Benci, jengkel itu pasti ada. Tapi coba kesampigkan hal itu.
Lihat dari sudut pandang lain. Lihat dari sudut pandang penderitaan.
Pada belakang layar, ada beban berat yang mehantui dirinya. Jeritan
sinis bergencar-gecar di jiwa, hingga megkabarkan pada sekujur tubuhnya bahwa
diriya sakit , sehingga tanpa kontrol dirinya, ia lampiaskan sakit itu pada
manusia yang tak bersalah.
Coba, rasakan sakit
nya…… sakit atas beban yang ia
sembunyikan jauh di kedalaman jiwanya, dari manusia. Dan biarkan rasa benci dan
jengkel itu luntur karena turut merasakan sakit yang dideritanya…
Ada duka disana dan ada derita disana tersampaikan pada wajah
dan tutur katanya.
Rasakan seolah itu
adalah deritamu, toh aku dan dia adalah saudara. Bukan sedarah memang, tapi
dalam kehidupan
“Gelagat tengiknya adalah derita penderiataannya yang ia
umpat dalam pendaman. Sungguh mulia, bukan bagaimana manusia agar mengiba
kasian padanya atas derita tapi agar mereka tak terbebani atas deritanya yang
sesungguhnya”
Yahhhh lampiaskan
saja omong tengikmu padaku, agar aku juga merasakan deritamu. Derita saudara
tidak sedarahku…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar