Selasa, 18 Februari 2014

Bermain

MEnunggu datangnya pagi, pada penghabisan malam, aku ingin tebarkan pada sang diri, bahwa aku menyayangimu "aku". Mari bersama berjalan pada langkah ke depan. Yang lalu sangat jauh untuk di kejar, kerana aku harus merombak waktu bila inginkan kembali masa lalu untuk  hadirnya, toh tak mungkin. Bahkan yang ada hanya hidup pada bayang lalu dan waktu yang terus berjalan ke depan.

Aku rindu bermain seperti mereka. BErlarian, menjaring matahari sore dengan sibak lari-larian pada permukaan bumi. Bermanja-manja dengan kawan pada pagi dan penghujung sore, hingga kumandang maghrib dengan gagah lantang, menjadi pertanda tersendiri bagi ahir suatu permainan.

Malam aku jumpa lagi, dengan permainan disamping belajar agama.

Maka aku akan tetap bermain, dengan cara yang berbeda dengan diiringi langkah maju.

Masa depan bukan untuk dilihat. BIla aku takut bahwa nanti tiada permainan, "itu salah", karena permainan adalah karya cipta manusia, maka ciptakan saja cara bermain sendiri, untuk bermain........    
   
Sekarang aku bermain dengan alay ku.....     "HAy semut, Hay nyamuk, Hay sepi, hay sunyi. Hay kotoran......   hay  tembok....     hay sendal "maaf ya sendal, aku baru perhatian padamu setelah sendalku di gosop. aku jadi nyokor dech.  Eh tapi kok rasa menyenangkan ya. Aku bisa membedakan rasanya berjalan di tanah kering dan basah, bahkan berjalan dengan berhati-hati agar tidak menginjak si muarah hati yakni "kotoran".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...