Selasa, 11 Februari 2014

AKu sendiri?



Kabarkan aku pada langit, dan bumi cinta, angin!. Tapi jangan kabarkan aku pada manusia. Karena mereka tak akan pernah mengerti yang sebenarnya terjadi, walaupun aku mengatakannya secara dialektika bersuara. Lebih tak inginkan mereka juga menanggung beban yang sudah tertutupi malam-malam yang telah terbakar tanpa sisa, walau tilas bayangnya kan selalu ada.

Bahkan kata dalam diam sendiri masih bingung harus bagaimana memahami …..   AKu, siapa aku? apa ketika aku berlari sendirian, aku akan sendiri?


  Aku berlari, ke sebuah jurang hitam yang dalam, ditengah hutan. Di sana tersambar keterpurukan.

Dan aku mendengar rengekan tangis minta tolong. Maka aku berlari mencari tali temali, yang panjangnya sekiranya cukup untuk meraih tangan teriakan itu yang berada jauh di ke dalaman nya.

Tali yang kupengangi dari pinggir jurang , menjadi berat.Pasti tubuhnya sudah menggelantung dengan tali itu.
Aku tarik……     tapi hampir-hampir aku akan melepaskan tali itu karena berat yang kurasa seolah melebihi tubuhku.

Aku coba tengok ke kanan dan kekiri, guna mencari bala bantuan.
Tapi percuma. Karena mungkin aku bermain terlalu jauh kedalam hutan ,sehingga suara-suara bising manusia raip di telan sepi.

Ah…….   Berat sekali….   Tapi hati ini masih bersih kukuh untuk menarik nya hingga ke atas, tanpa memikirkan dirinya lunglay. Lalu aku berkata pada si hati

“Hey….   Apa yang kaulakukan sich?.  Aku sudah sangat lelah.  Tanganku sudah gemetaran menahan bebannya.

“Diam kamu. Coba kau yang disana, dan seseorang yang kan menarikmu memilih meninggalkamu.  Apakamu mau dimakan binatang buas pada malam yang akan tiba?, apa kau tak merasa kesakitan?

“Tapi tubuhku sudah lungay, ”

“Diam”  derap suara keras mengunci mulut kami yang berkata. Dia adalah si otak yang paling pintar diantara kami.

“Sudah tarik saja “Aku,Hati”, bila pun nanti kalian terjatuh dan mati setidaknya kalian mati dalam pelukan pengorbanan, biar pengorbanan itu yang nanti membelamu di mahkamah agung Raja, tempat persidangan yang keadilannya tak dapat diragukan lagi sempurnanya.  Dan aku pun juga hadir disana bersama kalian,bahkan ikut hadir bila benar kalian jadi masuk jurang.

Aku ter diam.  Lalu kami bertiga tetap menarik meski telah lunglay dan hampir mati akan terjatuh.

Lalu kepala dengan rambut hitam yang panjang telah sampai dibibir jurang. Kami mengangkatnya ke tepian yang lebih jauh dari jurang.

Manisnya gadis kecil itu, sungguh betapa mulianya ia. Ternyata ia membawa kucing, kelinci, anjing, babi hutan yang terperangkap di dalam jurang kepedihan itu. Betapa mulianya dirinya, mengorbankan kehidupannya demi hewan-hewan polos itu.

Beruntung.  Adakalanya sendiri lebih menyenangkan, tapi Tuhan sungguh perhatian pada manusia. Dia jadikan tiga diri dalam satu tubuh, sehingga ketika ku terjepit dalam kesendirianku maka aku hanya menyadari bahwa yang lain telah berada dalam diriku, menemaniku….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...