Apalagi yang kukatakan. Sepertinya kini kata
sedangmembuntu. Kata yang ku kata nafas, kini lebih tepatnya disebut
sesak. Karena tak ada kata yang tercekat di leher hingga tak perlu
berusaha untuk mengeluarkannya.Maka isinya pun, lembaran lebih banyak
kekosongan.
Sehingga apa aku tak lagi ingin muntah
kata?. Atau aku lebih banyak menelan kata hingga bagaimana cara
menuangkan telah lupa. Memberi nyala pada lembaran kini hanya debu yang
bertaburan.
Seolah begitu kering kerontang. Aku besuara
dalam diam dalam kata sepertinya tak terdengar oleh ku sendiri. Karena
aku terlalu lupa untuk memberi gores.
Apa mungkin, sedikit lebih gila dari biasanya?
Seperitinya sore tak lebih indah, malam aku tak peduli,senyum terserahlah, burung emprit silahkan terbang dan aku tak peduli.
Apa mungkin ini yang dinamakan bosan…. Ini yang di namakan penat?
Begitu membakar jiwa……
Lalu
butitan apa yang perlu ku masukkan dalam diri biar memberitahukan pada
semua untuk membuang satu kata dalam diri yang begitu meracuni. Satu
kata yang mematikan banyak ma’na. satu kata yang membuat mata kubuta,
dengar ku tuli, dan satu kata yang membuat kataku tak ada lagi yang
tercekat hingga tak perlu berusaha menggoreskannya.
“Bosan”
Maka cukup membuat ku lumpuh untuk membuat banyak heran.
Apa ketika setiap sendi-sendi mengatakan “ Sekarang akubosan pada bosan!!!!!!” kata itu bisa hancur lebur?
Atau
sebaiknya aku meni’matinya sebagai keterbalikan tidak bosan. Seperti
halnya “kita tidak akan merasakan enaknya sehat kalau tak pernah rasakan
sakit”?
Oh APA?
OH Aku kan coba? Melihat dan mendengar Dan ber kata dengan nada bosan.
Minggu, 27 April 2014
Kamis, 10 April 2014
Target
“Target”
-Baca buku
-Nulis bebas minimal 3
-Diskusi
-Berimajinasi
-Madrasah
-Buat ide
-Ngisi Blog
Melawan bosan
Belajar, menghargai waktu yang bergulir. Menghargai situasi
yang terberikan. Walau bila di terka warnanya kelabu, atau full color atau
warna apapun tetap perlu ada penghargaan.
Memang, warna-warni mereka monoton di sepanang zaman silih
bergantinya. Namun corak keterjadiaan situasi yang di situasikan memberi celah ma’na dan arti yang berbeda.
Hingga bila diri benar-benar mencermati sebuah situasi. Maka
kau kan lihat , bahwa sebuah situasi bisa mengubah seseorang, menjadi jauh lebih baik atau mungkin buruk.
Tergantung siapa yang menggunakan situasi tersebut seperti
apa.
Pernahkah kau mendengar, ada emas yang bersembunyi di
balik sebuah situasi? Tentu saja belum,
tapi disini seolah-seolah menjadi pernah mendengarnya.
Emas adalah hal yang terkait
dengan sesuatu yang sangat berharga.
Situasi akan menjadi selalu berharga bila berhasil menemukan ketersembunyiannya.
Emas bersembunyi di balik diri kita sendiri. Bagaimana diri
membuka hati untuk menimatinya dan mensadari bahwa setiap situasi yang di temui
akan selalu dan selalu berbeda walau kecil. Dan meski orang yang mengartikan
adalah deretan monoton sekalipun.
“Upacara ini selalu membentuk kotak
tak beraturan dalam duduk orang-orangnya. Asal tak saling menumpuk dan setiap
wajah terlihat bentuknya. Tak seperti upacara pada umumnya terjadi, yang harus
berdiri di keringkan matahari. Dan aku tidak selalu menduduki tempat yang sama
pada setiap pertemuan yang ada. Hingga
membawaku kepada kesadaran bahwa
ternyata aku memiliki kaki, naluri, fikiran dll, Untuk memilih tempat duduk
yang ku inginkan sendiri. Bahkan kedatanganku tak selalu sama dengan datangku
yang kamarin, bahkan mungkin besok. Proses di belakangnya tak kan jauh
membuntuti untuk mencipta sebuah penikmatan, untuk lalu di bawa pada
penghargaan”.
HIlangku ada
8 Februari 2014 pukul 17:52
Namaku tercetuk pada suara siapa
saja yang kudengar. Sudah membuatku merasa "Ada".
Aku sering diantara mereka, tapi aku sering hilang diantaranya.....
Tapi aku mendengar, tapi aku mencoba...... "berbaur meski tanpa suara". Manusia suka di dengarkan...... maka aku mendengarkan, maka aku hilangkan kata. Maka seolah aku hilang diantara mereka.
Maka aku belajar disana, maka apa lagi......... "toh, kalaupun saat harus berbicara, maka aku ada untuk berbicara.
Tapi aku mensukai hilang, "hilangkan suara di antara suara yang minta didengarkan". karena dengan begitu hilang ku di suara mereka, ada ku pada situasi yang mereka lupakan. Adaku saat senyum-senyum indah itu terpancarkan. Adaku, kan ku hargai detik bergulir ini. Adaku mengerti betapa bahagianya saat-saat kebersamaan ini. Adaku, bisa mengerti angin yang membelai, adaku dapat menilik indahnya daun berguguran.
"Hilangku diantara mereka adalah adaku untuk aku menyadari sesuatu yang mereka sedang melupakannya"
Aku sering diantara mereka, tapi aku sering hilang diantaranya.....
Tapi aku mendengar, tapi aku mencoba...... "berbaur meski tanpa suara". Manusia suka di dengarkan...... maka aku mendengarkan, maka aku hilangkan kata. Maka seolah aku hilang diantara mereka.
Maka aku belajar disana, maka apa lagi......... "toh, kalaupun saat harus berbicara, maka aku ada untuk berbicara.
Tapi aku mensukai hilang, "hilangkan suara di antara suara yang minta didengarkan". karena dengan begitu hilang ku di suara mereka, ada ku pada situasi yang mereka lupakan. Adaku saat senyum-senyum indah itu terpancarkan. Adaku, kan ku hargai detik bergulir ini. Adaku mengerti betapa bahagianya saat-saat kebersamaan ini. Adaku, bisa mengerti angin yang membelai, adaku dapat menilik indahnya daun berguguran.
"Hilangku diantara mereka adalah adaku untuk aku menyadari sesuatu yang mereka sedang melupakannya"
Rabu, 09 April 2014
Hewan
Tingkah hewan bukan suatu hal yang patut di persalahkan. Karena
mereka bertindak atas naluri mereka.
Maka tingkahnya biarkan menjelma menjadi cerminan bagi
setiap diri.
Namun. Kala kebencian akan meraka merasuk dalam jiwa, maka
salahkah mereka? Yang dengan nalurinya bertingkah, membuat kita benci.
Sepertinya salah kita sendiri.
Mengapa harus memberi ruang benci pada diri, perihal sesuatu
yang berlaku bukan atas kesadaran fikir. Hanya saja naluri mereka mengharuskan
bertingkah seperti itu.
“mereka tak dapat menentukan diri mereka seperti apa,
berbentuk apa. Dan bagaimana berlaku. Mereka menjalani sesuai aturan bagi
setiap diri mereka”
Maka tak perlu menyalahkan sepertinya, bercermin sajalah.
Celengnya celeng, memang itu nalurinya, kalo celengnya
orang, na ini yang patut di persalahkan…
mereka bertindak atas naluri mereka.
Maka tingkahnya biarkan menjelma menjadi cerminan bagi
setiap diri.
Namun. Kala kebencian akan meraka merasuk dalam jiwa, maka
salahkah mereka? Yang dengan nalurinya bertingkah, membuat kita benci.
Sepertinya salah kita sendiri.
Mengapa harus memberi ruang benci pada diri, perihal sesuatu
yang berlaku bukan atas kesadaran fikir. Hanya saja naluri mereka mengharuskan
bertingkah seperti itu.
“mereka tak dapat menentukan diri mereka seperti apa,
berbentuk apa. Dan bagaimana berlaku. Mereka menjalani sesuai aturan bagi
setiap diri mereka”
Maka tak perlu menyalahkan sepertinya, bercermin sajalah.
Celengnya celeng, memang itu nalurinya, kalo celengnya
orang, na ini yang patut di persalahkan…
Minggu, 06 April 2014
Jeritan dalam
Apa akan ada jeritan malam, dibalik kelumpuhan mulut yang bisu.
Tampaknya hanya kosong sunyi, tapi sepinya ada jeritan yang tak dapat di dengar dengan telinga. Tapi bila merasuk di jiwa maka bisingnya bisa menghancurkan.
kerapuhan kah yang dialami. Tapi matanya tak memperlihatkan sepi, atau kekacauan.... Entahlah.... "wajah banyak bersandiwara"
Dengan wajahnya iya bisa bohongi manusia tentang keadaannya, tapi bagian-bagian dirinya tak perlu penjelasan, maka sudah memahami hanya dengan merasakan.
Andaikan aku bagian-bagian kecil dari setiap manusia, mungkinkah aku bisa memahami setiap jeritan yang tak terdengar itu tanpa suatu kata?
Wajah mulia
wajah-wajah mereka berseri. walau
terlumuri jubah derita, lantas tersingkap titik cahaya kemulyaan. walau
tabirnya kan terbuka, saat waktu-waktu tertentu. Tentang suasana, tak perluah
dipertanyakan. karena mulyanya pasti ada di antara situasi yang ada.
walau hanya satu kali dalam hidupnya, namun itu cahaya indah. Atau sebenarnya itu terus ada , hanya saja menerkanya tak semudah yang terkira.
sering tertipu dengan wajah yang tampak. Diiringi sorotan mata, yang melandaikan emosi. lalu aku besimpuh dalam diam, itu lah yang terjadi.
hanya saja bukan kepastian, sampai ia sendiri menyatakan kebenaran perihal hatinya.
bahkan ternyatakan pun bisa jadi bukan secara gamblang yang sebenarnya.....
hanya nya berimbas kejujuran saat ia menuangkannya dalam secarik kertas. Dan ia dekap erat-erat seraya ia simpan dalam pendaman, mungkin itu yang sebenarnya terjadi.
dan itu adaah suatu kemulyaan. kerena ia menyimpan dirinya untuk dirinya agar tiada seorangpun yang terbebani atas dirinya.......
bukan berarti yang menceritakan tak mulya....... ada mulianya dalam bahasa lain. Ia tebuka, dan menjadi pengalaman untuk orang yang memerlukannya dalam merangkai hidup
walau hanya satu kali dalam hidupnya, namun itu cahaya indah. Atau sebenarnya itu terus ada , hanya saja menerkanya tak semudah yang terkira.
sering tertipu dengan wajah yang tampak. Diiringi sorotan mata, yang melandaikan emosi. lalu aku besimpuh dalam diam, itu lah yang terjadi.
hanya saja bukan kepastian, sampai ia sendiri menyatakan kebenaran perihal hatinya.
bahkan ternyatakan pun bisa jadi bukan secara gamblang yang sebenarnya.....
hanya nya berimbas kejujuran saat ia menuangkannya dalam secarik kertas. Dan ia dekap erat-erat seraya ia simpan dalam pendaman, mungkin itu yang sebenarnya terjadi.
dan itu adaah suatu kemulyaan. kerena ia menyimpan dirinya untuk dirinya agar tiada seorangpun yang terbebani atas dirinya.......
bukan berarti yang menceritakan tak mulya....... ada mulianya dalam bahasa lain. Ia tebuka, dan menjadi pengalaman untuk orang yang memerlukannya dalam merangkai hidup
Sabtu, 05 April 2014
cinta?
Mata tak kan dapat meniliki bunga di dalam jiwa.
Karena mata tak selamanya bercerita akan dalamnya.
Sebut saja bunga
Aliran yang teraliri jiwa
Tutup matamu..
rasakan kebaikannya
Tutuplah pandanganmu rasakan alunannya
Apakah itu cinta?
Bunga di tubuh
Tubuh yang teraliri bunga kan memahami tanpa membahasakannya
dalam kata
“bahwa itu, cinta”
Langganan:
Postingan (Atom)
senang bertengkar denganmu
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Tidak Mudah memang.... tapi ini yang aku irikan pada beliau. ke istiqomahan sampai mati. hingga para sesepuh memipikan nya berada d...
-
"KAu datang dan pergi oh begitu saja." NGgakkk bukan seperti itu, kau. tapi kau cukup diam pada ruang yang sama, ...
-
11 Juni 2013 pukul 15:58 Kakak beradik yang belum mencapai tahapan remaja, apalagi dewasa. Dipilihkan untuk tinggal di istana suci ...