Sabtu, 05 April 2014

Malas



Hay para pencuri waktu. Siap mu lebih siap dari siapku menjaga hal yang tercuri. Berbelas kasihlah kau pada para para pemalas. Biar aku sadari betapa tersiksanya aku dalam ketidak berdayaan yang berpangku dari banyak hal.

Memelas pada rutinitas tetap memberi bekas bosan . walau nada dan waktu terberikan berbeda.
Sepak terjangku tak seterang bulan. Yang kan terus terang pada malam oleh penerangan dari sinar matahari.  Aku bayi merangkak yang bosan dengan rangkakannya.

Maka munyil ku pada pada ketidak berdayaan…

Bila ketidak berdayaan itu berupa batu, maka airpun bisa melenyapkannya dengan tetesan yang terulang dan terulang. Bila ketidak berdayaan itu berupa kayu, maka di bakar sudah bisa menghancur leburkannya. Namun bila ketidak berdayaan itu adalah sesuatu yang tak dapat di bahasakan sekalipun, maka apa yang harus kulakukan.

Melena?
Menutup mata?
Membiarkan?

Tapi aku mau memberinya cahaya….  Biar si munyil  kembali kuat. Dan kembali meni’mati kebosanan nya.
“Ala bizikrillahi tatmainnul qulub”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...