Terpental bisu. Menatap bosan. Suhu dimana suhu?, kota dimana kota?. Sungguh malasku menghirau karena kulupakannya bersama waktu dengan gulir.
Terjerembab satu rasa yang membuatku bungkam begitu gencar pesakitnya. Rantai belenggu dalam arti keperihan selalu siap menggesek-gesek belati nya dalam degup.
Itukah merindu?. Dalam satu nada aku kepayahan meradangnya, dalam satu yang lain aku membosan pada pada waktu pada fenomena yang sedang kutemui.
"Dalamku tak sesunyi tatapanku . Karena Pertumpahan darah sedang berapi di dalamnya."
Yang berasa perihnya, sambil kebosanan menatap.
"Cabikan lembut yang mematikan suasana, bahwa aku tenggelam dalam rindunya"
Jumat, 08 Agustus 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senang bertengkar denganmu
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Di saat kesuntukan merajam. Menusuk-nusuk diri tanpa prihatin. Mati peduli, inginnya mengumbar kemarahan. Mulut susah berdiam dari koma...
-
Terlalu sayang juga berbahaya (keluarga, anak, kekasih, sahabat), bisa buta pada keadilan. "Apa karena terlalu sayang, mau melumpuhka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar