Mataku berhadapan dengan bola-bola mata perempuan.
Sambil berbisik lirih suara dalam diriku bahwa “banyak kasih
sayang dalam dirinya”
Seribu beban atau lebih tertindih sambil matanya tersenyum
ceria, seolah itu “hal yang ringan”
Mata itu diikuti senyuman bibir halus tapi dermawan. Tidak kaya
juga miskin namun sederhana.
Sungguh manis sekali, tiap-tiap beban yang dipikulnya. Ia
kemas serapi mungkin dalam senyum sederhana agar orang mengerti bahwa “ Aku
tidak apa-apa”
Teriak perih dan beratnya beban di pundaknya tak perlu di
dengar orang lain. Seolah menjadi kata
senyum-senyum yang ia berikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar