Matahari belum menjenguk bumi dengan tubuh bundar sempurnya.
Tapi kaki-kaki perintis masa yang terjerembab pada peradaban
sudah melangkah lewati sorong-sorong jalan.
Rumah, sawah, angin bagai dijemput mata untuk disantapnya.
Keringat ingin segera terseka tangan, sambil genggamnya
menunggu alirnya dengan berlari pada suatu tempat yang telah tertentukan.
Kebersamaanlah yang memacu untuk memberi langkah, sambil
ingin bersaing mendahulu matahari.
Aliran air begitu lirih memberi suara, sambil mengumbar
kenyamanannya pada tubuh yang bersimpuh pada tempat itu.
Perenang hadal dan tak handal sama-sama menceburkan diri. Membasahi
tubuh tilas basah keringat.
Sambil kedinginan sambil kehangatan, uap-uap melayang dari tubuh
dan baju-baju yang basah saat berjemur diri di hadadapan sang mentari.
Itulah kian sapa ku. Hanya membuat kata untuk
menyimpan momenta, hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar