Kamis, 31 Juli 2014

!!!?

sambil bernafas, terbersit kata. Dengan rampasan tak bernyala pada sebuah tujuan. kepergok di jalan hanya bagai kediaman hanya kediaman. Sampai mata pada si manusia berhasil mencuri satu momenta yang menjebaknya pada triakannya tak bernada. Tak berkuasa, tak berbentuk, tak berbicara tapi bagai belai angin yang berasa tajam. TApi sambil mengendap-ngendap minta ijin untuk tetap tertahan, sampai waktu yang tak tahu menahu.
Kadang kala ia merampas keadilan. Sampai tak menahu bolehkan tertahan, walau ia tak angkat kaki.
"Semoga keadilan tetap pada tempatnya, sambil bertahan"



Sabtu, 26 Juli 2014

Diam....



Tentang sosok tak perlu dipertanyakan.
Aku tetap diam. Menyapa , memandang seperti ada hambatan yang terus memegangi jiwa ini.

Datanglah, cukup ada....  seperti sebuah makna tanpa kata yang terkata-kata dlm bhs bru.

Mulut memang tak fasih dalam bicara, apalagi bertutur sapa....  tapi sadarku terlalu fasih memerhatikan tanpa mata yang terlalu tajam memandang.

"Diamku, tak berani sapa dan tk bicaraku, adalalah menghormati cinta"

hingga bila ternyata kau tak berkenan sekalipun , tak perlu risau karna ku simpan rasa ini dalam diamku.

Lebaran lambatlah!!

Lebaran, kau datang cepat sekali. Ramdhan sepertinya tinggal penghabisannya.
Aku terlalu mencintai bulan ini. Banyak sekali tilas-tilas sendu pada iringan cerita yang terhadirkan.
Bukan tanpa sapa, bukan tanpa duga, apa lagi mengerti, tapi bulan ini banyak hal tak terduga.

Cukup membuka mata, hati , dengar, aku siap rasainya melodi momenta yang tercipta dengan sendirinya.

Hay lebaran, datanglah lebih lamban,,,,,   aku masih rindu bulan ini.

Sahabat lawas



  Kawan lawas kembali memutar ceritanya.

Ya mereka hadir kembali pada detik-detik puasa yang akan penghabisannya. Setelah beberapa kehilangan terucap dan terucap sambil meninggal luka yang tersimpan rapat, yang kadang kala rekamannya ingin kembali terulang.

Mereka hadir bagai sosok kenangan baru menggatikan yang lalu, sambil berandai mengulang waktu masalalu yang berputar begitu ajaib cepatnya.

tak menyangka bahwa benang yang telah terkepang rapi, sudah sangat lama terajutnya. Berkawan sejak mereka masih ada yang di suapi makan sampai sekarang dengan gaya, jalan fikir dan hidup masing-masing. Meski pertemuan kita selalu saja di batasi waktu, bahwa setahun satu atau dua atau hanya tiga kali pertemuan kita dapat terangkai.

Disisi lain dan di tempat lain, aku pun berkawan dengan manusia-manusia yang juga tak kalah uniqnya. Biasa menyebut identitas kelompoknya dengan oryza sativa, dan untuk kelompok ini 7 sekawan.

Dua kelompok kawan ini mempunya jalan fikir masing-masing dalam suatu pembahasan dalam keseringan.
Pada keduanya ada pembelajaran tentang arti kewajaran dan ketidak wajaran.

Bila bergumul bersama Oriza sativa, maka biasanya pembahasan kan mengerucut pada apa yang di sekitar kita, yang tertangkap mata, dan mampu dijangkau dengan mata akal yang berfikir.

Namun berbeda dengan, 7 sekawan ini. Dalam pembahasan yang terangkay seringkali mengeja makna yang sangat buram bagi mata para awam yang memandang. Meski tidak selalu dalam pembahasan itu, tapi ada salah satu kawan yang memang mungkin mempejaraninya hingga aku yang awam dengan itu mengambil kesempatan untuk sedikit lebih tahu tentang nya.

HIngga terkadang pembahsan kita tentang soal peri yang salah satu kawanku pegang kepalanya. Tentang ujinyali dari seorang kyai yang menguji keberaniannya. DImana langkah kakinya beliau perintah untuk menemui cukup banyak anak kecil aneh yang begitu berisik hingga menggangu. Dengan gagap gulita ia berbicara sambil gemetaran.
 "Eh ojo banter-benter. ngisor gek gawe wirihdan"

 lalu anak kecil menyeramkan itu menjawab bahwa ia pun juga kebisingan dengan suara karaoke dari tempat sebelah. Dengan gemetar, dambil jantung berdegup kecang ia menjelaskan. bla bla bla

Berbicara tentang air yang tidur. Tentang manusia yang bisa menerawang keberadaan seseorang. Tentang seseorang yang biasa membacai hati. 

Amalan semar mesem di ceritakan kawanku, bahwa ketika seseorang begitu menggunakan amalan itu lalu ketika dia tersenyum kepada seseorang yang ia cintai sekaligus targetannya maka orang yang di kenai senyuman itu kan terjerat, hingga kan timbul rasa cinta. "Kalo imannya nggak kuat" ucap kawan F,a (Nama inisial) menjelaskan.

menanggapi hal ini, rasanya sungguh jenggkel jika ada orang menggunakan ilmu ini untuk sembarangan apalagi untuk mempermainkan orang lain. DIsisi lain terlalu memaksakan kehendak andaikata pada mulanya tidak cinta menjadi cinta.

gubrakkk ,    Apalagi hal seperti itu adalah hal yang menyangkut hati. Cukup rentan dan rapuh. Bahkan logika seringkali lumpuh karena cinta, nah ini, ia permainkan cinta.

Hanya saja cukup kepayahan ketika harus menjawab penangkalannya. Karena cukup sulit menangkal jerat itu.
"Kalau tak lek ku, yang mungkin cukup mengerti hal itu. kantanya sulit. Hanya saja ya, ihtiyarnya selalu berzhikir, toh itu juga kan atas karunia Allah. Kalau Dia, berkehendak untuk memberikan jalan maka ia bisa terjerat, tapi kalau tidak ya, tak akan kena.  suka suka Allah lah" ucapku sambil mendegup benci tentang kecurangan ini.

"Mencuri, menyakiti maka dalam hukum dunia bisa diadili, tapi kalau untuk hal-hal semacam ini (hal-hal yang tak dapat dinalar) bagaimana cara menghukumnya?" ucapku tak berupa nada, hanya semburat yang terngiyang di kepala.

Meremukan hati, mencelakai orang dengan ilmu yang tak kasat mungkin banyak hanya saja tiada undang-undang untuknya.

Tuhan, Bagi-Mu semua adalah kewajaran.

Tiba-tiba saja hari pembalasan muncul pada sebuah ingatan.


" DAlam kehidupan ini Tuhan meniciptakan sistem. Atau dapat terkata "HUkum sebab akibat", hingga saking terbiasanya dengan hal itu, apa yang terjadi di luar dari hukum adalah ketidak wajaran. Tapi sebenarnya yang di luar semua itu pun sebenarnya juga wajar bagi-Nya.

ketidak wajaran itu ada, hanya saja untuk kehidupan dunia ini tak bisa dijadikan landasan dalam menegakkan hukum, seperti baginda SAW, yang menggunakan bukti-bukti daripada hanya soal teka-teki (bisa mendengar suara hati) dalam hukum.

Di sisi lain takut di sisi lain harus ada, bahwa hari pembalan sempurna yang di janjikan Tuhan haruslah ada. Karena keadilan dunia belum bisa sempurna menjawab keadilan yang ada. Keadilan yang tertampak mata juga keadilan yang kasat mata.

Karena keadilan dunia terkadang pemiliknya adalah siapa yang berkuasa. Seperti saat negara yang berlandaskan sistem fasis. Maka orang-orang yang lemah hanya bisa terdiam sambil merasakan sakit sebab penguasa yang sewenang-wenang walalu degup ingin membalas pastinya ingin, hanya saja tak mumpuni untuk bisa menamparnya.

Juga hukuman pada tak kasat mata. Ia benci seseorang, lalu ia gelimpangkan hanya dengan membaca komat kamit dan gerakan tangan sedikit. Seolah keterjadian yang ada adalah soal kecelakaan, tapi sebenarnya ada udang di balik tragedi yang ada.

Butuh Hari, dimana semua tabir kan terbuka dan pembalasan terbuka bagi siapa saja yang ingin membalas. " berkhayal yang terucap dalam diam

ya.....  ini...     "Di dunia kau bisa lari, tapi nanti, TUhan bisa buka kedok mu" 


***

Cerita tentang banyak hal . Sambil hujan menghalangi mereka untuk pulang ke rumah masing-masing . Walau waktu tak pernah berkompromi dan berhenti sejenak, tiba-tiba ia telah sampai pada waktu yang cukup larut malam.

Maka berkisah pun usai ketika hujan telah mereda.

Langkah merekapun memutuskan pergi sambil meninggalkan kenangan hari ini tentang Kebersamaan sambil berandai masa lalu.

Dua kelompok teman dengan memiliki tema berbeda dalam cerita hingga banyak sekali pembejaran yang terberikan. Di sisi lain membawa arti yang lebih dalam bahwasannya semuanya, sebenarnya adalah wajar.

Antara Rasional dan irrasional....  adalah sama "wajar"

Tapi tak selalu sich, pembahasan merujuk pada irrasional saja. Di sisi lain Kawan F,A yang sangat gemar dengan sejarah peradaban islam, begitu cukup jeli bercerita akannya. Tentang Umar bin khattab sosok yang ku kagumi.Tentang saling menghormati. Juga tentang pemilu pada tahun ini. Ya memang kita berbeda pendapat dalam soal ini, tapi tetaplah berkawan walau kita sama-sama belum mendapat hak memilih.










Kamis, 24 Juli 2014

Terulang


Mencoba berulang kali membohongi diri Tapi tak dapat tersangkal bahwa ketenggelaman semakin tak dapat dijangkau.
panah yang merobek sekujur sukma mengalir sudah darahnya hingga terbawa pada seluruh jiwa dan raga hingga setiap alirnya begitu berasa perihnya.

tergeletak kata yang ku jadikan penghalang untuk menepis nya "  tak pernah menanam maka tak kan kehilangan"

hanya saja bukan kehendakku, panah itu tertanam sendiri. Mempupuki sendiri hingga tumbuh segar bersemayam, sambil mencai maki rasanya, hingga terberikan rasa cekik yang mendalam dan sering kali terulang. Hingga kehilangan kan tendengar rasanya pada suatu waktu yang kadang kala tertebak dan tak tertebak waktunya.

maka tak benar-benar ku mengerti......  mengapa? dan mengapa?

tapi, sekuat apapun rasa ini, maka tak ku jerat induk panah itu. Biar ia bebas......"kemana saja" , walau seandainya ia telah lupa bahwa panah itu pernah tertinggal di sini.

Rabu, 23 Juli 2014

Terkadang




Terkadang, memang begitu adanya. Tampaknya ia begitu tegar,  mudah tertawa, terlihat paling banyak canda , terlihat begitu bahagia, tapi dalam dirinya tersibak gemuruh yang menghancurkan yang biasa terkata ".
"kesedihan mendalam", bisa jadi ia adalah orang yang paling sedih diantara kawan lainnya saat ada suatu perkumpulan.

Disisi lain pernah ku dengar dari lisan seorang wanita dewasa yang telah lama mengarungi bahtera kehidupan, Bahwasannya ia memutuskan untuk tidur, kerana bangunnya adalah degup kemarahan begitu bergelora mehantam dalam dirinya. Mungkin tak ingin menuangkan amarahnya, hanya saja wajah tak dapat di tutup-tutupi, mulut tak dapat terjaga, bahwa kemarahan mengalir padanya. HIngga ia putuskan tidur untuk melerai dirinya.

kalau kesepian?
Bisa jadi, kerana tidur terkadang jauh lebih menyenangkan ketika bisa bermimpi bertemu orang-orang yang memang berharap untuk dapat bertemu. Atau ia bisa membuat waktu lebih cepat dengan melompati waktu dengan terlelapnya agar pertemuan terhadap sesuatu bisa lekas sampai tanpa berlama-lama menghitung detik yang terasa lamban adanya.

hahahaha......  

Selasa, 22 Juli 2014

Mencari

kawan tak pernah tahu sebenarnya. Ia hanya menduga-duga saja seperti apa. Tipikal diam, cerewet atau biasa, tersandangkan karena  melihat kebiasaan memandang seperti itu. Hanya saja itu bukan kepastian yang dapat dipastikan.

Tempat. waktu, kondisi, suasana, dan momen bisa membuat orang berlaku apa dan berbeda.... "jika menilai tak perlu cepat bersimpul, karena hanya kan terjebak pada ketidak pastian" bahkan aku pun yang seolah paling mengenal diriku dari pada kawannya, tak benar-benar memahamiku"

manusia, aku, ia selalu berubah..... "mungkin pehaman yang ada setelah menilai terkadang hanya berlaku saat itu ada beberapa hari saja "

Atau penilaian itu hanya berlaku pada tempat itu dan kepada orang yang dihadapi. kepada yang lain. Diwaktu lain dan kondisi lain, yang semula tampak pecundang, pendiam, hanya bisa ikut-ikutan, ia jadi tampil tak terduga.
 

walau begitu, tetaplah memahami, dan terus memahami. seperti para filosof yang terus saja mencari kebenaran....   "seolah tiada kebenaran sejati".

lalu untuk apa mencari dan memahami toh tak pernah tercapai kata pasti......

"setidaknya dalam proses pencarian itu ada banyak hal yang kan dapat ditangkap mata, pendengaran, hati, dan fikiran untuk pembelajaran"

ada yang berkata, bahwa " sejatinya hidup adalah bertanya"

aku tak bilang tidak, juga tidak meng iyakan. Namun terkadang dengan bertanya hidup menjadi seperti hidup, karena mencoba tak mencari kan membawa pada kegelapan makna, hingga "memenjarakan diri dalam kegersangan hidup yang terus saja mengalami pengulangan".

tapi tanya, mencoba menjawab, bertanya lagi, mencoba menjawab lagi...... "memberi kehidupan tersendiri dalam diri"

tak sekedar memahami manusia, tapi semua yang ada........

walau beribu-ribu manusia telah menanyai dan melukiskan lewat kata dan karyanya, mencari sendiri dan memahami sendiri rasanya perlu, karena kita bisa memunculkan makna dan  bahasa yang lain.



Kamar yang melayang




Selembar berkelebatan.Tak lantas aku jemu untuk menuang. Aku ingin menuang apa saja yang tertuang. Karena aliran dalam kata ini tak lantas kufikirkan. Biar ia mengalir sendiri dalam pelukan lalu mengkabarkan pada dunia dengan kata-kata yang tersimpan makna di setiap sela-selanya.

Kicauan burung, kudengar dari luar rumah.Suara riuhnya tak hanya dengan satu nada akan harmonisasinya. Ada berbagai suara, karena mungkin yang berkicau tak hanya satu. Dua atau tiga mungkin ada.
Kata dalam diri terkadang tak berupa. Hanya ia kan berwujud menjadi huruf-huruf  yang berjajar bila di keluarkan dalam pena yang tumpah pada putihnya kertas bisu. Bahkan kata dalam diri bila hanya terucap kata tak selalu benar adanya, karena ia kebingungan untuk merangkainya.

Hingga tak semua ungkap diri dalam bicara kan dimengerti bahkan kantersimpulkan.

Maka aku lari dalam putihnya, sekedar untuk berbagi.

Aku duduk bersama kawan-kawanku, di dalam kamar ini. Meski kita terlihat bersama, namun diri kita telah terlempar jauh ke angan kita masing-masing.Setiapdari diri kita tenggelam dalam dunia kita sendiri yang kita buat. Menari-nari dengan imajinasi kita.

Ruang ini sepi, hanya terisi suara dari tv yang menggemadari ruang tamu. Aku tak peduli,  ku rasa pagi ini aku lebih suka sunyi bersama kawan-kawan yang sedang terbang jiwa-jiwanya.

Aku tamati pada sepinya, tamati terbang mereka.Walau wajah kusut serta dahi yang mengkerut yang di hadapkan padaku, aku kira itu hanya wajah, mungkin hati mereka sedang tertawa atau berbunga-bunga dengan dunia mereka.
Semula aku juga seperti mereka.Tubuh ada menjelma bersama mereka, tapi jiwaku melayang pada duniaku.Tapi kini aku ingin mencoba mensadari, menengokdunia yang ditinggalkan ini. Mencoba mengeyam rasanya, suasananya dan warna yang terjadi.
Terdengar suara ketikan dari jari-jemari mereka, oh mereka sedang berusaha menuangkan kata dalam diri mereka yang belum terlihat berjajar, agar tariandunia mereka menjadi berupa walau hanya mewujutdalam bait-bait kata.

Aku mengamati mereka yang sedang terbang di dunia mereka, walau takjelas seperti apa dunianya yang mereka tapaki.

Dan aku ingin bertanya, “apakah kalian melihatku daridunia kalian saat akumenamati?”

Ah sepertinya jarak dekat, terasa begitu jauh. Baja kuat selaksa menutupdekatnya kita di ruang ini. Meski raihan tanganku dapat sampai di wajah kalian, ruang ini akan sangat terasa amat jauh saat fikir kalian benar-benar terbang walau meninggalkan tubuh tergeletak di kasur ini.

(Desa Panimbo, berandai mengulang waktu)

Terawih





              Dalam masjid telah penuh orang-orang mengisi seisi ruang yang ada. Tinggal serambi yang tersisa untuk dapatkan ditempati.
               
 Memang pilihan yang ada adalah ketenangan susah di raih. Namun bila dapat raihnya maka sholat di pinggir jalananpun rasanya bisa tetap tenang walau kendaraan tak mau bungkam sejenak.
                 
Bunyi suara jeritan kecil mewarnai. Bocah-bocah kecil oleh ibu-ibu mereka mungkin tak tega meninggalkannya di rumah, hingga mereka ikut dalam ibadah yang di lakukan sang ibundanya.
                 
Mereka bertemu kawan-kawan yang lain mereka, hingga asik bermain sendiri. Teriak-teriak, menari, lari-larian.Bercerita, yang hanya mungkin mereka saja yang mengerti
               
 Seolah serambi pada bulan ramadhan ini tak akan pernah sepi dari teriakan mereka.
              
 Benar-benar ramai dan riuh, hingga kerap kali suara yang telah kehilangan lucunya akibat bersatunya suara-suara yang ada hingga menenggelam suara sang imam dalam sholat.
                 
Walau kerap kali bocah kecil itu berlarian melewati sajadah milikku tetap tetap tak menghalangi saat sujud dan ruku’ ku.

Jumat, 18 Juli 2014

Kehilangan?

Cekat lidah ku terbata. Mencoba mengeja pada kata, tentang rintik-rintik yang gemetaran di kepala. Sambil berbisik minta tuk di keluarkan,tapi rangkaiannya tak sehalus air yang mengalir apa adanya.

Bila bicara tentang kehidupan, maka aku temu pada suatu detik terjerat rintik itu.

Dimana banyak suara yang begitu tak rapi disambarkanberbagai bentuk nada, suara, dan intonasi yang tercipta begitu berbeda.

Beberapa hari yang yang bagai bayang pernah terjadi, membuat kesan tindih begitu menjerat tusukan bisu yang dengan bahasa hati kan terdengar apa maksudnya.

Semua yang pernah terjadi terekam pada ejaan momenta, dimana waktu, ruang, nafas, alam,bergulirnya waktu, cerita, tawa, duka, haru,istimewa, spesial, jengkel, kemarahan, tersimpan pada gudang penyimpanan yang kini hanya tingggal kenangan.

Kusadari, bahwa kita selalu saja mengalami kehilangan, bertemudan mencoba meng ikhlaskan, walau beberapa kehilangan itu ada yang harusberulang kali menepuk dada karena isak yang terlalu dalam. Adapula kehilanganyang terlupa, bahkan ada, merasa kehilangan pun tak menjamah fikirannya, adak ehilangan, ya memang harus hilang.

Mungkinkah sejatinya hidup adalah kehilangan?, ataukansebenarnya itu kewajaran?

Setiap hari selalu kehilangan, selalu dan selalu. Tak harusberwujud manusia, alam, hewan, sedih, tawa, tapi juga kenangan, nafas, suara,seseorang, bahkan debu yang detik  kesembilan belas lalu telah terbang terbawaangin (semisalnya).

Rasanya sedih, menyadari bahwa kehidupan terus mengalamikehilangan, pertemuan dan bersiap tuk kehilangan kembali.

Ia terus ada sampai waktu bergulirnya pada setiap diri telah tercerabut dari akar jiwanya, maka mungkin  jawabannya adalah mengikhlaskan bila tak ingin terus menumpuk duka atas hilang yang tak pernah berhenti. Lalu mempersiapkan keikhlasan yang lain.

“Kehilangan adalah kewajaran, walau hanya kehilangan detik yang terisi diam dalam senyuman di hati yang tiada rupa pada kiasan wajah”

Bagai bangun dari mimpi yang terbangun tepat sebelum bersiap untuk kehilangan yang lain

Kamis, 17 Juli 2014

Tak pemilik


Aku tak memiliki membentuk diri. Bentukan-bentukan yang terjadi pada semestapun tak pernah memiliki menjadi atau memilih. Tapi manusia memiiliki kebebasan walau sudah pada ruang dipilihkan yang dalam pandangannya masih buram pada detik satu dua atau tiga yang masih nanti.

"Jiwa dan raga ku, Engkau pegang erat, hingga sedikitpun nanar pandang Mu tak pernah lepas, walau ingatku sering kali terabai".

"ingatkankan jiwa ini kembali, Robby"

Senin, 14 Juli 2014

mengulang

Mengapa dunia berputar hingga memberi jelmaan malam dan siang?. setahun sekali ia berhasil memutari matahari dari dulu hingga sekarang belum terlihat adanya tanda-tanda berhenti. bulan elok terpampang di canvas langit juga memutari bumi.
  jangan sebut manusia, karena ia pengulangan yang sesekali ku di buat bosan, kenapa aku termasuk dalam pengulangan walau beda jiwa.

tak peduli bumi ini ku tapaki atau tak ku tapaki toh pada selalnjutnya di gantikan dan akan digantikan.

pengulangan demi pengulangan terus terjadi....

tapi kiranya pengulangan akan tetap pengulangan, tapi adakah dibalik mengulang?

pengapdian?

"kiranya meni'mati kebosanan dan kehambaran perlu untuk sesekali mengecap sisi karunia-Nya, walau dengan nada bosan"

Alhamdulillah..

Kamis, 10 Juli 2014

kehidupan bayang

seolah beberapa tahun yang lalu adalah mimpi sesaat yang lalu terbagun tepat sebelum hari esok ku.  "BAgai bayang yang sangat singkat"

Aku, lalu, adalah bayang kenangan

jangan cari aku laluku.
jangan cari aku depan ku.
aku yang asli ada pada detik dan waktu dan hari ini....kemarinnya untuk besok adalah hari ini  "selalu, selama nyawa masih dilekatkan dalam diri yang tak ku ketahui dimana letaknya."

mati, maka kan mengerti bahwa perjalan kehidupan hanya banyang yang sangat singkat....

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...