Sabtu, 26 Juli 2014

Sahabat lawas



  Kawan lawas kembali memutar ceritanya.

Ya mereka hadir kembali pada detik-detik puasa yang akan penghabisannya. Setelah beberapa kehilangan terucap dan terucap sambil meninggal luka yang tersimpan rapat, yang kadang kala rekamannya ingin kembali terulang.

Mereka hadir bagai sosok kenangan baru menggatikan yang lalu, sambil berandai mengulang waktu masalalu yang berputar begitu ajaib cepatnya.

tak menyangka bahwa benang yang telah terkepang rapi, sudah sangat lama terajutnya. Berkawan sejak mereka masih ada yang di suapi makan sampai sekarang dengan gaya, jalan fikir dan hidup masing-masing. Meski pertemuan kita selalu saja di batasi waktu, bahwa setahun satu atau dua atau hanya tiga kali pertemuan kita dapat terangkai.

Disisi lain dan di tempat lain, aku pun berkawan dengan manusia-manusia yang juga tak kalah uniqnya. Biasa menyebut identitas kelompoknya dengan oryza sativa, dan untuk kelompok ini 7 sekawan.

Dua kelompok kawan ini mempunya jalan fikir masing-masing dalam suatu pembahasan dalam keseringan.
Pada keduanya ada pembelajaran tentang arti kewajaran dan ketidak wajaran.

Bila bergumul bersama Oriza sativa, maka biasanya pembahasan kan mengerucut pada apa yang di sekitar kita, yang tertangkap mata, dan mampu dijangkau dengan mata akal yang berfikir.

Namun berbeda dengan, 7 sekawan ini. Dalam pembahasan yang terangkay seringkali mengeja makna yang sangat buram bagi mata para awam yang memandang. Meski tidak selalu dalam pembahasan itu, tapi ada salah satu kawan yang memang mungkin mempejaraninya hingga aku yang awam dengan itu mengambil kesempatan untuk sedikit lebih tahu tentang nya.

HIngga terkadang pembahsan kita tentang soal peri yang salah satu kawanku pegang kepalanya. Tentang ujinyali dari seorang kyai yang menguji keberaniannya. DImana langkah kakinya beliau perintah untuk menemui cukup banyak anak kecil aneh yang begitu berisik hingga menggangu. Dengan gagap gulita ia berbicara sambil gemetaran.
 "Eh ojo banter-benter. ngisor gek gawe wirihdan"

 lalu anak kecil menyeramkan itu menjawab bahwa ia pun juga kebisingan dengan suara karaoke dari tempat sebelah. Dengan gemetar, dambil jantung berdegup kecang ia menjelaskan. bla bla bla

Berbicara tentang air yang tidur. Tentang manusia yang bisa menerawang keberadaan seseorang. Tentang seseorang yang biasa membacai hati. 

Amalan semar mesem di ceritakan kawanku, bahwa ketika seseorang begitu menggunakan amalan itu lalu ketika dia tersenyum kepada seseorang yang ia cintai sekaligus targetannya maka orang yang di kenai senyuman itu kan terjerat, hingga kan timbul rasa cinta. "Kalo imannya nggak kuat" ucap kawan F,a (Nama inisial) menjelaskan.

menanggapi hal ini, rasanya sungguh jenggkel jika ada orang menggunakan ilmu ini untuk sembarangan apalagi untuk mempermainkan orang lain. DIsisi lain terlalu memaksakan kehendak andaikata pada mulanya tidak cinta menjadi cinta.

gubrakkk ,    Apalagi hal seperti itu adalah hal yang menyangkut hati. Cukup rentan dan rapuh. Bahkan logika seringkali lumpuh karena cinta, nah ini, ia permainkan cinta.

Hanya saja cukup kepayahan ketika harus menjawab penangkalannya. Karena cukup sulit menangkal jerat itu.
"Kalau tak lek ku, yang mungkin cukup mengerti hal itu. kantanya sulit. Hanya saja ya, ihtiyarnya selalu berzhikir, toh itu juga kan atas karunia Allah. Kalau Dia, berkehendak untuk memberikan jalan maka ia bisa terjerat, tapi kalau tidak ya, tak akan kena.  suka suka Allah lah" ucapku sambil mendegup benci tentang kecurangan ini.

"Mencuri, menyakiti maka dalam hukum dunia bisa diadili, tapi kalau untuk hal-hal semacam ini (hal-hal yang tak dapat dinalar) bagaimana cara menghukumnya?" ucapku tak berupa nada, hanya semburat yang terngiyang di kepala.

Meremukan hati, mencelakai orang dengan ilmu yang tak kasat mungkin banyak hanya saja tiada undang-undang untuknya.

Tuhan, Bagi-Mu semua adalah kewajaran.

Tiba-tiba saja hari pembalasan muncul pada sebuah ingatan.


" DAlam kehidupan ini Tuhan meniciptakan sistem. Atau dapat terkata "HUkum sebab akibat", hingga saking terbiasanya dengan hal itu, apa yang terjadi di luar dari hukum adalah ketidak wajaran. Tapi sebenarnya yang di luar semua itu pun sebenarnya juga wajar bagi-Nya.

ketidak wajaran itu ada, hanya saja untuk kehidupan dunia ini tak bisa dijadikan landasan dalam menegakkan hukum, seperti baginda SAW, yang menggunakan bukti-bukti daripada hanya soal teka-teki (bisa mendengar suara hati) dalam hukum.

Di sisi lain takut di sisi lain harus ada, bahwa hari pembalan sempurna yang di janjikan Tuhan haruslah ada. Karena keadilan dunia belum bisa sempurna menjawab keadilan yang ada. Keadilan yang tertampak mata juga keadilan yang kasat mata.

Karena keadilan dunia terkadang pemiliknya adalah siapa yang berkuasa. Seperti saat negara yang berlandaskan sistem fasis. Maka orang-orang yang lemah hanya bisa terdiam sambil merasakan sakit sebab penguasa yang sewenang-wenang walalu degup ingin membalas pastinya ingin, hanya saja tak mumpuni untuk bisa menamparnya.

Juga hukuman pada tak kasat mata. Ia benci seseorang, lalu ia gelimpangkan hanya dengan membaca komat kamit dan gerakan tangan sedikit. Seolah keterjadian yang ada adalah soal kecelakaan, tapi sebenarnya ada udang di balik tragedi yang ada.

Butuh Hari, dimana semua tabir kan terbuka dan pembalasan terbuka bagi siapa saja yang ingin membalas. " berkhayal yang terucap dalam diam

ya.....  ini...     "Di dunia kau bisa lari, tapi nanti, TUhan bisa buka kedok mu" 


***

Cerita tentang banyak hal . Sambil hujan menghalangi mereka untuk pulang ke rumah masing-masing . Walau waktu tak pernah berkompromi dan berhenti sejenak, tiba-tiba ia telah sampai pada waktu yang cukup larut malam.

Maka berkisah pun usai ketika hujan telah mereda.

Langkah merekapun memutuskan pergi sambil meninggalkan kenangan hari ini tentang Kebersamaan sambil berandai masa lalu.

Dua kelompok teman dengan memiliki tema berbeda dalam cerita hingga banyak sekali pembejaran yang terberikan. Di sisi lain membawa arti yang lebih dalam bahwasannya semuanya, sebenarnya adalah wajar.

Antara Rasional dan irrasional....  adalah sama "wajar"

Tapi tak selalu sich, pembahasan merujuk pada irrasional saja. Di sisi lain Kawan F,A yang sangat gemar dengan sejarah peradaban islam, begitu cukup jeli bercerita akannya. Tentang Umar bin khattab sosok yang ku kagumi.Tentang saling menghormati. Juga tentang pemilu pada tahun ini. Ya memang kita berbeda pendapat dalam soal ini, tapi tetaplah berkawan walau kita sama-sama belum mendapat hak memilih.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...