Selasa, 22 Juli 2014

Kamar yang melayang




Selembar berkelebatan.Tak lantas aku jemu untuk menuang. Aku ingin menuang apa saja yang tertuang. Karena aliran dalam kata ini tak lantas kufikirkan. Biar ia mengalir sendiri dalam pelukan lalu mengkabarkan pada dunia dengan kata-kata yang tersimpan makna di setiap sela-selanya.

Kicauan burung, kudengar dari luar rumah.Suara riuhnya tak hanya dengan satu nada akan harmonisasinya. Ada berbagai suara, karena mungkin yang berkicau tak hanya satu. Dua atau tiga mungkin ada.
Kata dalam diri terkadang tak berupa. Hanya ia kan berwujud menjadi huruf-huruf  yang berjajar bila di keluarkan dalam pena yang tumpah pada putihnya kertas bisu. Bahkan kata dalam diri bila hanya terucap kata tak selalu benar adanya, karena ia kebingungan untuk merangkainya.

Hingga tak semua ungkap diri dalam bicara kan dimengerti bahkan kantersimpulkan.

Maka aku lari dalam putihnya, sekedar untuk berbagi.

Aku duduk bersama kawan-kawanku, di dalam kamar ini. Meski kita terlihat bersama, namun diri kita telah terlempar jauh ke angan kita masing-masing.Setiapdari diri kita tenggelam dalam dunia kita sendiri yang kita buat. Menari-nari dengan imajinasi kita.

Ruang ini sepi, hanya terisi suara dari tv yang menggemadari ruang tamu. Aku tak peduli,  ku rasa pagi ini aku lebih suka sunyi bersama kawan-kawan yang sedang terbang jiwa-jiwanya.

Aku tamati pada sepinya, tamati terbang mereka.Walau wajah kusut serta dahi yang mengkerut yang di hadapkan padaku, aku kira itu hanya wajah, mungkin hati mereka sedang tertawa atau berbunga-bunga dengan dunia mereka.
Semula aku juga seperti mereka.Tubuh ada menjelma bersama mereka, tapi jiwaku melayang pada duniaku.Tapi kini aku ingin mencoba mensadari, menengokdunia yang ditinggalkan ini. Mencoba mengeyam rasanya, suasananya dan warna yang terjadi.
Terdengar suara ketikan dari jari-jemari mereka, oh mereka sedang berusaha menuangkan kata dalam diri mereka yang belum terlihat berjajar, agar tariandunia mereka menjadi berupa walau hanya mewujutdalam bait-bait kata.

Aku mengamati mereka yang sedang terbang di dunia mereka, walau takjelas seperti apa dunianya yang mereka tapaki.

Dan aku ingin bertanya, “apakah kalian melihatku daridunia kalian saat akumenamati?”

Ah sepertinya jarak dekat, terasa begitu jauh. Baja kuat selaksa menutupdekatnya kita di ruang ini. Meski raihan tanganku dapat sampai di wajah kalian, ruang ini akan sangat terasa amat jauh saat fikir kalian benar-benar terbang walau meninggalkan tubuh tergeletak di kasur ini.

(Desa Panimbo, berandai mengulang waktu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...