Cekat lidah ku terbata. Mencoba mengeja pada kata, tentang
rintik-rintik yang gemetaran di kepala. Sambil berbisik minta tuk di
keluarkan,tapi rangkaiannya tak sehalus air yang mengalir apa adanya.
Bila bicara tentang kehidupan, maka aku temu pada suatu detik terjerat rintik itu.
Dimana banyak suara yang begitu tak rapi disambarkanberbagai bentuk nada, suara, dan intonasi yang tercipta begitu berbeda.
Beberapa
hari yang yang bagai bayang pernah terjadi, membuat kesan tindih begitu
menjerat tusukan bisu yang dengan bahasa hati kan terdengar apa
maksudnya.
Semua yang pernah terjadi terekam pada ejaan
momenta, dimana waktu, ruang, nafas, alam,bergulirnya waktu, cerita,
tawa, duka, haru,istimewa, spesial, jengkel, kemarahan, tersimpan pada
gudang penyimpanan yang kini hanya tingggal kenangan.
Kusadari,
bahwa kita selalu saja mengalami kehilangan, bertemudan mencoba meng
ikhlaskan, walau beberapa kehilangan itu ada yang harusberulang kali
menepuk dada karena isak yang terlalu dalam. Adapula kehilanganyang
terlupa, bahkan ada, merasa kehilangan pun tak menjamah fikirannya, adak
ehilangan, ya memang harus hilang.
Mungkinkah sejatinya hidup adalah kehilangan?, ataukansebenarnya itu kewajaran?
Setiap
hari selalu kehilangan, selalu dan selalu. Tak harusberwujud manusia,
alam, hewan, sedih, tawa, tapi juga kenangan, nafas, suara,seseorang,
bahkan debu yang detik kesembilan belas lalu telah terbang terbawaangin
(semisalnya).
Rasanya sedih, menyadari bahwa kehidupan terus mengalamikehilangan, pertemuan dan bersiap tuk kehilangan kembali.
Ia
terus ada sampai waktu bergulirnya pada setiap diri telah tercerabut
dari akar jiwanya, maka mungkin jawabannya adalah mengikhlaskan bila
tak ingin terus menumpuk duka atas hilang yang tak pernah berhenti. Lalu
mempersiapkan keikhlasan yang lain.
“Kehilangan adalah
kewajaran, walau hanya kehilangan detik yang terisi diam dalam senyuman
di hati yang tiada rupa pada kiasan wajah”
Bagai bangun dari mimpi yang terbangun tepat sebelum bersiap untuk kehilangan yang lain
Jumat, 18 Juli 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senang bertengkar denganmu
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
"KAu datang dan pergi oh begitu saja." NGgakkk bukan seperti itu, kau. tapi kau cukup diam pada ruang yang sama, ...
-
Ketika nyamuk terbang menghampiri tangan putih yang terlena. Kakinya telah menginjak hamparan putih. Penghisap di mulut kan ia ...
-
Bebas? Aku tidak memiliki kebebasan. Karena apapun yang ku lakuka selalu pada jalur yang telah di tentukan..... Seolah aku bebas me...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar