Doa tanpa usaha itu gila
Hari yang melelahkah kiranya telah terbayar dengan kidung
senyuman
Setelah lama, sejak kelompok ini terbentuk, tiap sore dan
malam kita ulas kitab yang sama demi mempersiapkan satu hal.
“praktek wudhu dan sholat”
Hal itu memang telah menjadi rutinan kita tiap harinya,
semenjak usia telah menginjak akil baligh. Tapi ternyata ada banyak hal yang
belum kita ketahui dan perhatikan tentang
“kita latihan berdiri mensedekapkan tangan, membaca lafad
yang terus terulang, ruku’ dan sujud,sesuci yang benar”
Ya, seperti itu. Hanya saja itu seperti barang penyadaran.
Bahwasannya siapa??? Yang kita temui
dalam ruku’ dan sujud itu.
Bertemu tambatan hati saja orang rela berhias diri memakai
minyak wangi. Berdiri dihadapan cermin sambil bertanya padanya :
“Baju apa yang paling indah yang kan kukenakan, ini ataukah
ini. Sudah cantikkan aku, atau bedakku kurang putih atau tidak”
Gusti Allah yang kita temui. Walau kuyakin DiKau tak butuh
sujud sahaya,terlebih hiasan untuk bertemu Paduka.
Suka duka kita lewati bersama. Mulai yang
jengkel-jenggkelan. Debat sana- kemari mencari hokum hanya karena soal duduk
yang tepat, soal air, najis dsb.
Tangis, bahagia, tawa, walau terkadang tertidur bersama
karena terlalu lelahnya dengan kegiatan yang ada
Sampai pada malam terakhir sebelum esok, ujian praktek kita.
Kami dibantu kawan kami yang mendapat jatah glombang ujian setelah kami.
Kami sholat, membaca, bersujud.
Hingga hari yang kita nantikan tiba.
Paginya setelah usaha kita tempuh, kita hanya bermunajat
sebagai penyerahan diri.
“Usaha tetaplah usaha, dan hasil berada di tangan-Nya”
“Berusaha tanpa do’a itu sombong. Do’a tanpa usaha itu gila”
Satu demi satu, secara bergantian kita di tes berwudhu
dengan berbagai pertanyaan yang terkadang butuh mengernyitkan dahi dan sebilah
tawa.
Beralih kelantai tiga untuk praktik sholat yang sebelumnya
di kamar mandi bawah, untuk praktik wudhu.
Tempatnya begitu panas meski kipas telah berputar tegas di
kepala ku, dan lampu tamaram menyinari ruang ini.
Oleh ketua telah diberi pesan sebelumnya, bahwa apapun yang
terjadi, wudhu ataupun sholat, saat praktek, ketika di tanya di pertengahan menjalaninya, jangan dijawab. Abaykan.
“Nanti bisa batal sholatmu, dan wudhu akan kehilangan
kesunahannya”
Terakhir penungguan.
“setelah perjalanan yang telah kita lalui , ternyata membawa
hasil yang mampu tentramkan hati”
Ya kami semua lulus….
“sebuah pencapaian itu indah. Namun lebih indah ketika kita
bisa bertahan , belajar dan menikmati setiap proses yang ada”