Sepasang mata itu menangis untukku. Yang kulakukan hanya tak mengerti. “Ber artikah untukmu sosok dihadapnmu ini”.
Sampai
malam datang. Tiba saatnya aku pergi. Kau banyak berkata-kata sampai
kata maafpun kulontarkan. Kau gayuhkan tanganmu mendekapku, seperti
sebuah penyanaan bahwa ini adalah perpisahan. Hanya sebentar, aku segera
melapas peluk ini. Bukan karena benci atau risi, namun sebagai
penegasan “Ini bukan yang salam perpisahan”.
Aku pergi.
waktu
seperti mengundangku, bahwa hari ini aku kembali lagi di tanah ini.
Sambil mata ini melirik ke beberapa arah untuk mencari satu wajah dimana
matanya pernah meneteskan air mata untukku.
orang-
orang yang hadir ditanah ini menyuguhkan banyak aneka wajah-wajah
asing. Hanya saja satu, cukup satu. Aku ingin menemui kembali sosok
wajah itu diantara berpuluh-puluh orang yang hadir dalam suatu acara
dusun.
“Kamu dimana?” Ujar hatiku.
Sampai
waktunya aku dan rombonganku pergi dan kembali meninggalkan tanah itu,
dan ternyata hari ini aku bertemu dia lagi “Masih dalam anganku. Bahwa
itu berupa khayalan semata”.
Aku pergi.
“Kamu dimana,?”
Temanggung (paraan) 11- 1-2015
Minggu, 11 Januari 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senang bertengkar denganmu
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Di saat kesuntukan merajam. Menusuk-nusuk diri tanpa prihatin. Mati peduli, inginnya mengumbar kemarahan. Mulut susah berdiam dari koma...
-
Terlalu sayang juga berbahaya (keluarga, anak, kekasih, sahabat), bisa buta pada keadilan. "Apa karena terlalu sayang, mau melumpuhka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar