Bulan ini adalah waktu bagi langit menangis.
Tangis yang indah, kerana ratapannya menghidupi kegersangan bumi.
Bahkan ia juga malapetaka, bagi sebagian kota.
Ia bagai lautan menutupi jalan-jalan raya. Serta menenggelamkan rumah-rumah, tanpa memandang milik siapa.
DAn untuk hal ini adalah kesalahan manusia itu sendiri.
Payungku kembali ku kembangkan. Melewati jalan dengan rintik-rintik hujan.
TIba-tiba ada wanita tangguh yang berselimutan warna hijau tua. BErtelekan di jalan yang aku hampiri.
IA tertawa, tingkahnya jelita, wajahnya berbinar macam orang jatuh cinta saja
Darinya pula aku menemukan katanya lagi. Setelah sekian lama kata itu raip, dan hampir terlupakan.
Namun hari ini ia datang.... namun hari ini kata itu datang.
Payungku sengaja kuletakkan, biar basahnya hujan melumuri tubuh ini.
Bahkan kata-kata ini aku cerna untuk melengkapi kamus bahasa kataku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
senang bertengkar denganmu
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...
-
Di saat kesuntukan merajam. Menusuk-nusuk diri tanpa prihatin. Mati peduli, inginnya mengumbar kemarahan. Mulut susah berdiam dari koma...
-
Terlalu sayang juga berbahaya (keluarga, anak, kekasih, sahabat), bisa buta pada keadilan. "Apa karena terlalu sayang, mau melumpuhka...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar