Senin, 27 Januari 2014

Jejak yang kutemukan

Bulan ini adalah waktu bagi langit menangis.
Tangis yang indah, kerana ratapannya menghidupi kegersangan bumi.
Bahkan ia juga malapetaka, bagi sebagian kota.
Ia bagai lautan menutupi jalan-jalan raya. Serta menenggelamkan rumah-rumah, tanpa memandang milik siapa.
DAn untuk hal ini adalah kesalahan manusia itu sendiri.

Payungku kembali ku kembangkan. Melewati jalan dengan rintik-rintik hujan.
TIba-tiba ada wanita tangguh yang berselimutan warna hijau tua. BErtelekan di jalan yang aku hampiri.

IA tertawa, tingkahnya jelita, wajahnya berbinar macam orang jatuh cinta saja

Darinya pula aku menemukan katanya lagi. Setelah sekian lama kata itu raip, dan hampir terlupakan.
Namun hari ini ia datang....  namun hari ini kata itu datang.

Payungku sengaja kuletakkan, biar basahnya hujan melumuri tubuh ini.
Bahkan kata-kata ini aku cerna untuk melengkapi kamus bahasa kataku.

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...