Sabtu, 14 Desember 2013

Kancah sesal






Apa yang kucari hingga ku pergoki diriku sering terlena kesenangan duniawi yang tiada habisnya?
Apa yang kucari? Kesenangan ?, hura-hura?
Bukan, bukan. Bukan itu maksudku!!

Hati ini parau, menjejaki pertapakan yang menimbulkan birahi, kehampaan hati.
Bertautan mendung kala kancah langit menebarkan pesona.
Buta terhadap warna-warni hanya karena tangan menutupi mata.
Pegunungan yang begitu besarnya dapat lenyap sekajap pandangan sebab tertutupi uang seribu yang bertelekan di mata.

Aku sering menjatuhkan diriku dalam malapetaka. Saat aku kehilangan kendali diriku.
Menyeruak amarah, ego, kebencian
Selaksa mensayat nadi pagoda kesucian hati.
Bertautan emosi, hingga aku menyesali diri.

Pengulangan membayangi ku. Ingin sekali ku mengulang waktu hanya inginkan sebongkah penghargaan pada waktu yang telah berlalu jauh.
Walau jauhnya hanya tida detik waktu bergulir…
Ingin kembali untuk menghargai, toh yang dapat dilakukan adalah jalan kedepan dengan menghargainya, agar berlalu dengan tanpa ada goresan sesal.

“Setidaknya berusaha untuk hal itu”

senang bertengkar denganmu

Pernahkah kau bertengkar? Apa kau menyesalinya? Dan bila itu terjadi padaku aku tak akan menyesalinya. Indahnya pagi setelah kutempuh malam ...